Liputan6.com, Yogyakarta - Adi Utarini dari Yogyakarta berhasil tembus daftar orang berpengaruh di dunia pada 2021 versi Time. Jasanya berasal dari bidang kesehatan, yakni terkait demam berdarah.Â
Profil Adi Utarini berada di kategori pionir. Ia bersanding bersama penyanyi generasi Z, Billie Eilish; atlet pemenang Olimpiade Tokyo, Sunisa Lee; hingga ekonom Turki, Fatih Birol.Â
Advertisement
Melinda Gates, aktivis serta mantan istri Bill Gates, menjadi sosok yang menuliskan profil Adi Utarini untuk TIME100, serta pencapaiannya di bidang kesehatan.Â
Berikut terjemahan dari tulisan Melinda:
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bermula di Yogyakarta
Berikut profil Adi Utarini di TIME100 yang ditulis Melinda French Gates:
"Beberapa tahun lalu, saat mengunjungi Indonesia, saya mendatangi sebuah keluarga di dekat lab milik Adi Utarini di Yogyakarta. Saya ingin mendengar bagaimana ia bisa menyakini mereka agar diizinkan melepaskan kawanan nyamuk di lingkungan mereka. Kebanggaan mereka yang lugas karena ikut serta pekerjaan tersebut itu merupakan bukti dari kepercayaan yang Utarini dapatkan dari lingkungannya - dan rasa urgensi yang jutaan orang di dunia rasakan dalam melawan demam berdarah.
Adalah kemenangan dari progres global bahwa tren dari laju-laju penyakit yang paling menular telah merosot selama setahun belakangan. Namun, demam berdarah adalah pengecualian yang keras kepala. Penyakit dari nyamuk itu berdampak kepada hampir 400 juta orang tiap tahunnya dan telah dideskripsikan oleh WHO sebagai salah satu dari 10 ancaman tersebar bagi kesehatan dunia.
Utarini sedang bekerja dengan tim peneliti internasional dari World Mosquito Program untuk mengendalikan ancaman ini dengan menyuntik nyamuk dengan Wolbachia, sebuah bakteri yang tak berbahaya bagi manusia tetapi memblokir nyamuk-nyamuk dari menularkan demam berdarah melalui gigitan. Sebuah studi terobosan yang ia bantu pimpin adalah yang pertama dalam membuktikan teknik ini secara sukses menurunkan laju penyakit di setting lingkungan masyarakat.
Hari ini, hampir semua orang di Yogyakarta mengenal seseorang yang pernah kena demam berdarah. Utarini sendiri telah selamat dari penyakit itu dua kali. Namun, demam berdarah mungkin tak bisa selamat darinya."
Advertisement