Liputan6.com, Kabul - Pemerintahan Taliban membubarkan Kementerian Urusan Perempuan di Afghanistan. Kementerian itu diganti menjadi mengurus moral dan mencegah keburukan.
Dilansir AP News, Senin (20/9/2021), para pegawai kementerian diantar keluar oleh Taliban pada Sabtu lalu. Pegawai Bank Dunia di gedung itu juga diminta keluar.
Baca Juga
Tulisan di depan gedung itu kini menjadi Menteri Ceramah dan Penyuluhan dan Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Keburukan.
Advertisement
Sebelumnya, Bank Dunia padahal memiliki program pemberdayaan ekonomi perempuan dan rural dengan nilai proyek US$ 100 juta.
Pemimpin Jaringan Perempuan Afghanistan, Mabouba Suraj, mengaku kaget terhadap derasnya kebijakan Taliban yang mengekang perempuan dan gadis. Aturan bagi siswi yang ingin mengemban pendidikan juga tidak jelas.
"Ini telah menjadi sangat, sangat menyulitkan," ucap Suraj. Inikah tahap di mana gadis-gadis akan terlupakan?"
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Taliban Tuduh Wanita Tak Cocok jadi Menteri
Sebelumnya dilaporkan, Taliban secara tegas menolak kehadiran wanita di kabinet mereka. Juru bicara Taliban menyebut wanita Afghanistan tidak kuat mengemban tugas sebagai menteri.
Tak hanya itu, Taliban berkata tugas wanita Afghanistan adalah melahirkan dan mendidik anak secara Islami. Ucapan itu dilontarkan oleh Sayed Zekrullah Hashimi dalam wawancara viral dengan Tolo News dari Afghanistan.
"Wanita Afghanistan adalah mereka yang melahirkan rakyat Afghanistan, mendidik mereka, mendidik etika-etika Islam," ujar Sayed Zekrullah Hashimi kepada Tolo News, dikutip Senin (13/9).
Seluruh anggota kabinet terbaru Taliban adalah laki-laki. Hal itu berbeda dari janji Taliban yang menebar janji akan lebih inklusif.
"Dia (wanita) tidak becus mengerjakan tugas sebuah kementerian," lanjut Sayed ketika ditanya apa masalah dari menteri perempuan. "Ini seperti membebankan di leher mereka sesuatu yang tak bisa mereka pikul."
Ia pun tak memusingkan wanita yang berdemo di jalan yang menuntut hak. Para pendemo dinilai tak mewakili wanita Afghanistan.
"Empat perempuan yang protes di jalanan tidak mewakili para perempuan Afghanistan," ucap Sayed.
Advertisement