Sukses

Kurangi Ketegangan, Joe Biden Akan Telepon Presiden Prancis Bahas Pakta AUKUS

Joe Biden berusaha untuk mengadakan panggilan telepon dengan rekan sekutunya dari Prancis Emmanuel Macron untuk membahas perihal Pakta AUKUS.

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Joe Biden berusaha untuk mengadakan panggilan telepon dengan rekan sekutunya dari Prancis Emmanuel Macron, kata para pejabat AS pada Senin (20/9).

Dikutip dari laman Xinhua, Selasa (21/9/2021), upaya ini dilakukan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kesepakatan kapal selam yang kontroversial.

Sebuah keretakan diplomatik muncul antara Washington dan Paris atas pengumuman bahwa Amerika Serikat dan Inggris akan mendukung Australia untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir, mencabut kontrak Prancis untuk menyediakan kapal selam konvensional ke Australia.

Marah dengan langkah tiba-tiba tanpa pemberitahuan, Prancis memanggil duta besarnya untuk Amerika Serikat dan Australia untuk konsultasi.

"Presiden Joe Biden telah meminta untuk dapat berbicara dengan Presiden Macron guna berbicara tentang jalan ke depan, untuk berbicara tentang komitmen mendalamnya terhadap aliansi AS dengan Prancis," kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden kepada wartawan dalam sebuah briefing telepon pada Senin (20/9).

"Kami memahami posisi Prancis, kami tidak sependapat dengan mereka tentang bagaimana semua ini berkembang," kata pejabat itu.

"Kami pikir itu akan menjadi momen dan kesempatan penting bagi kedua pemimpin untuk berbicara langsung satu sama lain."

Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan dalam sebuah briefing bahwa panggilan telepon itu akan dilakukan "dalam beberapa hari mendatang," sambil mencatat para pejabat masih bekerja untuk menjadwalkannya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Pakta AUKUS

Di bawah kemitraan keamanan baru yang diresmikan antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, yang dikenal sebagai AUKUS, Australia akan membangun kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi AS dan Inggris.

Sementara itu, Australia mengumumkan akan membatalkan kesepakatan dengan Prancis yang ditandatangani pada tahun 2016 untuk membeli 12 kapal selam diesel-listrik konvensional.

Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menyebut langkah trilateral itu sebagai "tikaman dari belakang."

"Kami telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia. Kepercayaan ini telah dikhianati," katanya.

"Perilaku Amerika mengkhawatirkan saya; keputusan sepihak dan brutal ini sangat mirip dengan apa yang dilakukan Tuan (Donald) Trump," tambahnya.