Sukses

Kim Jong-un Tolak Ajakan Damai Korsel

Kim Jong-un ogah deklarasi akhir perang Korsel (1950-1953) secara formal.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara (Korut) menolak ajakan Korea Selatan (Korsel) untuk secara formal mengakhiri Perang Korea (1950-1953). Rencana itu disebut "prematur" meski perang itu sudah puluhan tahun lalu. 

Rencana damai dengan Korea Utara diutarakan oleh Presiden Korsel Moon Jae-in di Sidang Umum PBB. Hingga kini, Korut dan Korsel sebetulnya masih berperang. 

Pemerintahan Kim Jong-un berkata perdamaian tak ada gunanya jika Amerika Serikat (AS) masih bersikap ganas ke Republik Rakyat Demokratik Korea Utara (RRDK). 

Wakil Menteri Luar Negeri Ri Thae-song berkata deklarasi damai tidak memiliki kekuatan hukum, dan "akan menjadi selembar kertas saja saat ada perubahan situasi."

"Tidak ada jaminan bahwa sekadar deklarasi akhir perang akan membawa pada mundurnya kebijakan ganas terhadap RRDK," ujar Menteri Ri melalui Korean Central News Agency, seperti dikutip Yonhap, Jumat (24/9/2021).

"Di bawah situasi terkini, situasi di semenanjung mendekati sebuah situasi yang tidak pasti," lanjutnya.

Pihak Korut juga menuding deklarasi damai hanya digunakan untuk menyamarkan kebijakan dari AS yang dinilai Korut merugikan.

"Harusnya dipahami secara jelas bahwa deklarasi mengakhiri perang tidaklah membantu sama sekali untuk menstabilitasi situasi di Semenanjung Korea saat ini, tetapi bisa disalahgunakan sebagai tabir asap untuk menyamarkan kebijakan ganas AS," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Ajakan Damai Korsel

Pada Sidang Umum PBB di New York, Presiden Moon Jae-in mengajak damai Korut. AS pun diajak ikut terlibat dalam perdamaian ini, begitu pula China. 

Presiden Moon menilai deklarasi damai itu akan menjadi pijakan baru untuk memulai rekonsiliasi di Semenanjung Korea. 

Perang Korea terjadi ketika Kim Il-sung ingin menginvasi Korea Selatan agar bisa dikuasai. Kim Il-sung menganut paham sosialis.

Invansi Kim memicu intervensi dari PBB dan Amerika Serikat yang melindungi Korea Selatan. Korut yang dibantu China gagal menguasai Korsel setelah perang selama tiga tahun. 

Kini, nasib Korea Utara sangat jauh berbeda dari Korea Selatan yang telah berkembang, serta menjadi salah satu negara paling maju di Asia.

Video Terkini