Liputan6.com, Jakarta - "Cancel culture" telah menjadi istilah yang terus digunakan beberapa tahun terakhir di media sosial. Gerakan ini dipakai untuk meng-"cancel" kehidupan profesional seseorang.Â
Ini sering terlihat di Twitter ketika pengguna yang biasanya anonim menyebut seorang sosok "is cancelled", atau mengadakan "it's over party" bagi seseorang. Mereka biasanya melakukan ramai-ramai.
Penerapan "cancel culture" pun bisa kelewat batas jika mengajak untuk "membatalkan" mata pencaharian seseorang, seperti melarang menikmati karya orang tersebut. Psikolog pun mengkritik gerakan ini.
Advertisement
Anyways, watching James Corden being finally cancelled is so funny to me like he ruined his WHOLE career with that one comment pic.twitter.com/mNKrWrzIkL
— jimin’s wifey 🌿 (@jiminieish) September 22, 2021
("Ngomong-ngomong, menonton James Corden akhirnya dicancel sangatlah lucu karena ia menghancurkan SELURUH kariernya karena satu komentar itu," ujar seorang fans BTS di Twitter setelah tersinggung ucapan komedian James Corden.)
Menurut Kamus Oxford, "cancel culture" adalah tindakan untuk menyisihkan seseorang dari kehidupan sosial dan profesional dengan menolak berkomunikasi mereka secara online atau di kehidupan nyata, karena mereka mengatakan atau berbuat sesuatu yang orang lain tak setujui."
Selain itu, "cancel culture" memiliki dampak negatif secara psikologis. Pakar kesehatan mental Steven A Hassan PhD menyebut tindakan ini bisa menjadi toxic dan berbahaya.
"Orang-orang mungkin ingin percaya bahwa hal itu ("cancel culture") akan berefek pada perubahan sosial yang positif. Bentuk dari komentar-komentar di media sosial sepertinya menunjukkan sebaliknya," tulis psikolog Steven A Hassan Ph.D di Psychology Today.
Sementara, psikolog Pamela Rutledge, Ph.D dari Psychology Today juga berkata justru "cancel culture" menyebarkan mindset yang buruk ketika tak setuju dengan seseorang.
"Kita mengajarkan anak-anak bahwa tak apa-apa, bahkan keren, untuk menyerang orang-orang yang kita tidak setujui," jelas Rutledgel.
"Atas nama akuntabilitas, kita menerima bahwa mempermalukan secara publik dan bullying sebagai tindakan yang dapat diterima."
Dan berikut lima sosok terkenal yang pernah kena "cancel culture":
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. James Corden Vs ARMY BTS
Yang sedang ramai adalah komedian James Corden yang kena cancel ARMY yang merupakan fans BTS.Â
Ini ironis, sebab James Corden sering mengundang BTS ke acaranya, dan sempat dipuji-puji ARMY sebagai papa mochi. Kini, ia justru jadi sasaran ARMY yang tersinggung atas candaannya.
Dalam sebuah tayangannya, James Corden melawak tentang kunjungan BTS ke markas besar PBB, sehingga pemimpin dunia terpaksa harus meladeni BTS.Â
Ia pun menyindir banyaknya fans BTS yang masih remaja 15 tahun.Â
"Ini menandakan pertama kalinya gadis-gadis 15 tahun di segala tempat berharap mereka adalah Sekretaris Jenderal (PBB) António Guterres," ucap James Corden.Â
Cekcok ini masih berlanjut di Twitter dengan para ARMY masih berusaha meng-cancel James Corden.
Advertisement
2. J.K. Rowling Vs Aktivis Transgender
Penulis seri Harry Potter juga kena sasaran "cancel culture." Ini bermula dari beberapa tahun lalu ketika J.K. Rowling menolak narasi aktivis transgender terkait apa itu perempuan.Â
JK Rowling tak setuju jika kata-katat terkait perempuan dihilangkan agar tak menyinggung aktivis transgender. Salah satu yang ia kritik adalah penggunaan kalimat seperti "orang-orang yang menstruasi" ketimbang menyebut perempuan.Â
Penggunaan istilah "orang-orang yang menstruasi" dinilai lebih inklusif sebab ada perempuan transgender yang tidak menstruasi. JK Rowling tak setuju dengan hal itu sehingga ia dicap transfobia, meski sebenarnya ia pro-transgender, kecuali dalam isu ini.
Kampanye "cancel culture" lantas dilancarkan kepada J.K. Rowling. Namun, penulis Harry Potter itu masih terus angkat bicara mengenai isu ini. Beberapa waktu lalu, ia mendapatkan ancaman bom oleh orang yang tak setuju dengannya.
J.K. Rowling merespons ancaman bom itu dengan sarkastis.Â
"Ketika kamu tidak bisa membuat seorang perempuan dipecat, ditangkap, atau ditolak oleh penerbit, dan meng-cancelnya hanya membuat penjualan bukunya bertambah, maka tinggal ada satu hal yang dilakukan," ujarnya.
To be fair, when you can’t get a woman sacked, arrested or dropped by her publisher, and cancelling her only made her book sales go up, there’s really only one place to go. pic.twitter.com/MsNWXhWlyc
— J.K. Rowling (@jk_rowling) July 19, 2021
3. Taylor Swift Vs Pasangan West
Penyanyi Taylor Swift juga pernah menjadi korban "cancel culture". Penyebabnya adalah konfliknya dengan Kanye West dan Kim Kardashian West.Â
Pada 2016, Kanye West merilis lagu berjudul "Famous" yang membawa-bawa nama Taylor Swift dengan istilah ofensif. Hal itu menyinggung Taylor sehingga muncul drama antara mereka.Â
Kemudian, Kim Kardashian merilis rekaman yang mengklaim bahwa Kanye West sebetulnya sudah minta izin ke Taylor Swift untuk menulis lagunya.
Alhasil, Taylor Swift langsung jadi korban "cancel culture". Isi komentar Instagramnya dipenuhi lambang ular oleh penyerangnya.
Padahal, rekaman Kanye itu tak menampilkan Kanye meminta izin untuk menggunakan istilah ofensif. Kejadian itu membuat Taylor puasa tampil di depan publik. Tapi, periode itu ternyata memberikannya inspirasi untuk menulis album Reputation yang sukses besar.Â
Dalam wawancara bersama Vogue, penyanyi muda itu menjelaskan bahaya dari "cancel culture".Â
"Ketika kamu menyebut seseorang di-'cancel', ini bukan acara TV. Ini seorang manusia. Kamu mengirim pesan masif kepada orang ini untuk tutup mulut, menghilang, atau itu bisa dianggap sebagai, 'Bunuh dirimu,' ucap Taylor.
Advertisement
4. Johnny Depp Vs Amber Heard
Johnny Depp terkena "cancel culture" karena masalah rumah tangganya dengan Amber Heard. Aktor Pirates of Carribean itu dituduh melakukan kekerasan rumah tangga.Â
Hal itu lantas berdampak serius ke karier Johnny Depp di dunia perfilman karena ia yang dituduh melakukan serangan oleh fans.
Kemudian, kasus ini berkembang menjadi lebih rumit. Amber Heard diduga juga melakukan kekerasan setelah rekaman teleponnya terkuak oleh Daily Mail.Â
Belakangan ini, Johnny Depp bahkan kehilangan perannya di film Fantastic Beast karena sibuk mengurus kasus di pengadilan terkait pencemaran nama baik di kasus dugaan KDRT ini.
5. Nicki Minaj Vs Kewajiban Vaksin
Isu lain yang belum lama terjadi adalah kontroversi Nicki Minaj terkait vaksinasi COVID-19. Ia mengklaim bahwa "teman sepupunya" mengalami pembekakan buah zakar usai disuntik.Â
"Sepupu saya di Trinindad tidak akan mendapatkan vaksinnya karena temannya disuntik dan menjadi impoten," tulis Nicki Minaj di Twitter.
Ia lantas meminta fansnya agar disuntik apabila merasa nyaman saja, dan bukan karena dibully.Â
Cuitan Nicki langsung menjadi viral. Netizen ramai-ramai menyerangnya, dan pakar kesehatan membantah ucapan Nicki. "Cancel culture" pun ikut terjadi.Â
Nicki masih belum menghapus twit itu, namun ia menuding bahwa "cancel culture" sama seperti tindakan pemerintah komunis di China.Â
"Saya ingat pergi ke China dan mereka memberitahu kita kamu tak bisa berbicara melawa, kamu tahu kan, orang-orang berkuasa," ujar Nicki melalui Instagram.
Nicki mengaku telah diundang ke Gedung Putih untuk membahas isu ini. Ia berjanji akan berbicara mewakili orang-orang yang diledek karena sekadar bertanya.
Advertisement