Liputan6.com, Kyhstym - Pada 1989, pemerintah Uni Soviet mengumumkan adanya bencana nuklir di negaranya. Insiden yang terjadi di dekat Kyshtym itu menyebabkan kontaminasi di area 23 ribu kilometer persegi dan lebih dari 10 ribu orang dievakuasi.
Situs Britannica mencatat ada ratusan orang yang diduga meninggal akibat efek radioaktif, selain itu warga daerah itu banyak yang terkena kanker, mengalami deformitas, dan masalah kesehatan lainnya.
Baca Juga
Namun, bencana nuklir itu ternyata terjadi puluhan tahun sebelumnya, tepatnya 29 September 1957.
Advertisement
Peristiwa terjadi di reaktor nuklir dan pabrik pemrosesan plutonium di kompleks industri Kyshtym. Tujuan lokasi itu adalah untuk senjata nuklir. Fasilitas nuklir rahasia itu disebut Mayak (kode: Chelyabinsk-40).
Uni Soviet memilih menyembunyikan bencana tersebut hingga akhirnya dibongkar oleh Presiden ahli biologi Zhores A. Medvedev di 1976. Hasil investigasinya menyebut kontaminasi terjadi antara 1957 atau 1958.
Prediksinya benar. Bencana nuklir itu terjadi pada 29 September 1957 ketika ada ledakan di tanki tempat sisa cairan reaktor ditampung. Kekuatan ledakan itu setidaknya setara dengan 70 ton TNT.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Warna Ungu di Langit
Situs Environmental & Society Portal menyebut bahwa ada warna violet kebiruan di langit pada siang hari di 29 September 1957.
Para petani setempat diminta untuk menyembelih ternak mereka, mengubur bibit-bibit mereka, dan membajak sawah mereka. Desa-desa mereka juga digusur.
Namun, CIA ternyata sudah curiga mengenai hal ini sejak 1960. Mereka mengetahui ini dari foto mata-mata dari udara.
CIA dituding sengaja ikut menyembunyikan peristiwa ini dari publik supaya warga di AS tak takut dengan fasilitas nuklir di Hanford.
Dari segi keparahan, ledakan di Mayak ini memiliki Level 6 pada kategori International Nuclear Event Scale (INES). Dampaknya adalah yang ketiga terbesar setelah bencana di Chernobyl dan Fukushima.
Advertisement