Sukses

Vanuatu Ngadu ke Mahkamah Internasional, Ada Apa?

Vanuatu akan membahas isu terkait bahaya di masa depan.

Liputan6.com, Port Vila - Pemerintah Vanuatu mengadu ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Vanuatu ingin membahas isu yang bisa membahayakan negaranya: perubahan iklim. 

Perubahan iklim yang memicu naiknya permukaan laut bisa memberikan dampak serius bagi Vanuatu, serta negara-negara kepulauan Pasifik lainnya.

Dilaporkan ABC Australia, Selasa (28/9/2021), Vanuatu merasa respons internasional untuk mencegah perubahan iklim belum cukup. 

Seperti diketahui, penyebab perubahan iklim justru emisi dari negara-negara besar. Alhasil, Vanuatu bisa dirugikan.

"Merespons level bencana dari kerugian perubahan iklim dan kerugian yang dihadapi oleh negara kecil Pasifik ini, Vanuatu menyadari bahwa level aksi dan dukungan saat ini untuk negara-negara berkembang di bawah mekanisme multilateral masih tak cukup," tulis pernyataan pemerintah Vanuatu.

Opini dari Mahkamah Internasional tidaklah mengikat secara hukum. Namun, mereka memilih pengaruh tinggi sebagai pengadilan tertinggi PBB.

Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Perdana Menteri Vanuatu Bob Laughman juga menyorot masalah iklim dan perlunya kerja sama internasional. 

"Solidaritas global dan kerja sama internasional sangatlah esensial," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Melindungi Iklim

Pekan lalu, ratusan ribu orang di 99 negara telah mengambil bagian dalam aksi protes terkait perubahan iklim global terkoordinasi dan menuntut tindakan segera untuk mengatasi krisis ekologi.

Aksi pada Jumat (24/9), aksi iklim dunia pertama sejak pandemi virus corona melanda, berlangsung beberapa minggu sebelum KTT iklim Cop26 di Glasgow, Inggris.

Di Jerman, dua hari sebelum pemilihan umum negara itu, Greta Thunberg mengatakan kepada lebih dari 100.000 orang bahwa "tidak ada partai politik" yang cukup.

Aktivis Swedia, yang aksi tunggalnya pada 2018 mengilhami gerakan Fridays for Future global, mengatakan kepada para pendukung yang bersorak bahwa mereka perlu terus menekan para pemimpin politik Jerman melewati hari pemilihan.

"Ya, kita harus memilih, Anda harus memilih, tetapi ingat bahwa memilih saja tidak akan cukup. Kami harus tetap turun ke jalan," katanya.