Sukses

Cegah Kudeta Militer, Warga Sudan Demonstrasi Lawan Pasukan Keamanan

Warga Sudan melakukan demonstrasi untuk mencegah adanya kudeta militer.

Liputan6.com, Jakarta - Pasukan keamanan Sudan telah menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi di ibu kota Khartoum. Aksi yang diadakan untuk mendukung transisi yang dipimpin sipil menuju demokrasi.

Upaya kudeta pekan lalu, di mana para pejabat menyalahkan tentara yang setia kepada pemerintah sebelumnya Omar al-Bashir, memperlihatkan perpecahan antara kelompok militer dan sipil yang berbagi kekuasaan selama transisi yang dimaksudkan untuk berjalan hingga 2023 dan mengarah pada pemilihan. Demikian seperti melansir laman Al Jazeera, Jumat (1/10/2021).  

Diperkirakan 20.000 warga yang banyak di antaranya datang dengan kereta api dari Atbara dan Madani, berkumpul di ibu kota pada hari Kamis.

Kerumunan ribuan orang merayakan kedatangan kereta Madani, memanjat ke atas, mengibarkan bendera nasional dan meneriakkan, “tentara adalah tentara Sudan, bukan tentara Burhan” – mengacu pada Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin militer Sudan dan Dewan Kedaulatan yang mengaturnya.

“Kami datang hari ini untuk memblokir kudeta dan mencapai pemerintahan sipil,” kata Eman Salih, seorang mahasiswa berusia 22 tahun. 

“Kami tidak akan membiarkan militer mengendalikan revolusi kami.”

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Demonstran Dibubarkan

Pasukan keamanan kemudian menembakkan tembakan gas air mata untuk membubarkan pertemuan itu, menurut kantor berita Reuters.

"Tujuan dari pawai ini adalah untuk melindungi transisi demokrasi Sudan dan tidak ada cara untuk mencapai itu tanpa mengakhiri kemitraan dengan dewan militer," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesional Sudan, yang menyerukan unjuk rasa awal pekan ini.

Perdana Menteri Abdalla Hamdok, wajah sipil pemerintah Sudan, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia berkomitmen untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh transisi demokrasi bangsanya, menambahkan bahwa "demokrasi" dan inklusivitas adalah prioritas tertingginya.