Sukses

Profil Maria Ressa, Jurnalis Filipina yang Raih Nobel Perdamaian 2021

Jurnalis Maria Ressa menjadi wanita kedua di Asia Tenggara yang meraih Nobel Perdamaian.

Liputan6.com, Oslo - Di tahun kedua pandemi COVID-19, dunia jurnalistik mendapatkan Nobel Perdamaian pada Jumat (8/10/2021). Hadiah Nobel itu terima oleh jurnalis Maria Ressa dari Filipina dan Dmiry Muratov dari Rusia. 

Komite Nobel berkata jurnalis memiliki tugas penting agar pemerintah bisa transparan, sehingga demokrasi dan perdamaian terus terjaga.

Maria Ressa adalah wanita kedua di Asia Tenggara yang meraih Nobel Perdamaian. Ia adalah pemimpin redaksi di Rappler. Media itu terkenal kritis kepada penguasa, terutama pada kebijakan anti-narkoba dari Presiden Rodrigo Duterte yang mengakibatkan extrajudicial killing.

Berdasarkan biografinya di situs Rappler, Maria sudah menjadi jurnalis selama 35 tahun. Ia juga merupakan co-founder dari Rappler.

Nama Maria menjadi sorotan internasional karena liputan Rappler tentang kebijakan narkoba Presiden Rodrigo Duterte.

Akibatnya, Maria berkali-kali diserang secara politik, selain itu ia harus membayar uang jaminan sampai 10 kali agar bisa tetap bebas.

Profil Maria juga di situs Reporters Without Borders. Rekam jejak Maria dimulai dari kepala biro CNN di Filipina, hingga memimpin lebih dari seribu jurnalis ABS-CBN News and Current affairs.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Penulis dan Pengajar

Di luar kegiatannya sebagai jurnalis, Maria Ressa turut menulis buku terkait terorisme.

Buku pertamanya berjudul Seeds of Terror: An Eyewitness Account of al-Qaeda’s Newest Center of Operations in Southeast Asia (bibit teror: Cerita Seorang Saksi Mata tentang Pusat Operasi Terbaru al-Qaeda di Asia Tenggara) yang terbit pada 2003.

Selanjutnya, ia menulis From Bin Laden to Facebook: 10 Days of Abduction, 10 Years of Terrorism (Dari Bin Laden ke Facebook: 10 Hari Penculikan, 10 Tahun Terorisme) yang terbit pada 2012.

Sebelum meraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa pernah menjadi Time Magazine’s 2018 Person of the Year, serta mendapatkan Shorenstein Journalism Award dari Universitas Stanford, the Columbia Journalism Award, the Free Media Pioneer Award from the International Press Institute, dan banyak penghargaan lain.

Â