Sukses

Profil Abdul Qadeer Khan Penyelundup Rahasia Nuklir, Orang Paling Berbahaya di Dunia

Abdul Qadeer Khan dianggap sebagai "bapak" bom nuklir asal Pakistan yang menjadi orang paling berbahaya di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Abdul Qadeer Khan meninggal dunia. Profil dirinya menyebut dirinya sebagai salah satu tokoh paling signifikan, dalam keamanan global selama setengah abad terakhir.

Dalam profil Abdul Qadeer Khan, disebutkan kisahnya di jantung pertempuran atas teknologi paling berbahaya di dunia, menyebabkan pertempuran antara mereka yang memilikinya dan yang menginginkannya.

Dilansir dari BBC, Senin (11/10/2021), pada 11 Desember 2003 disebutkan ada sekelompok perwira CIA dan MI6 hendak menaiki pesawat tanpa tanda di Libya ketika mereka diberikan setumpuk amplop cokelat. Ketika mereka membuka amplop di atas pesawat, di dalamnya mereka menemukan bukti terakhir yang dibutuhkan, yakni desain untuk senjata nuklir.

Dalam desain tersebut banyak komponen untuk program nuklir siap pakai yang dipasok oleh Abdul Qadeer Khan, seorang pria yang baru saja meninggal pada usia 85 tahun. Khan dapat digambarkan sebagai salah satu orang paling berbahaya di dunia oleh mata-mata Barat, tetapi ia juga dipuji sebagai pahlawan di tanah airnya.

Abdul Qadeer Khan bekerja di Belanda pada 1970-an, tepat ketika negaranya memulai dorongan baru untuk membuat bom setelah kekalahannya dalam perang 1971. Ia bekerja di sebuah perusahaan Eropa yang terlibat dalam pembuatan sentrifugal untuk memperkaya uranium yang dapat digunakan untuk tenaga nuklir atau bom.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Mengembangkan Programnya Sendiri

Tugas Khan adalah menyalin desain centrifuge paling canggih. Ia melanjutkan untuk membangun jaringan klandestin, sebagian besar pengusaha Eropa, yang akan memasok komponen penting. Khan sering digambarkan sebagai "bapak" bom nuklir Pakistan, karena pada kenyataannya ia adalah salah satu dari sejumlah tokoh kunci.

Namun, ia juga mengembangkan programnya sendiri yang membuatnya menjadi pahlawan nasional, sebab ia dianggap telah mengamankan keamanan Pakistan dari ancaman India.

Khan berhasil mengubah jaringannya dari impor ke ekspor, menjadi figur keliling dunia dan melakukan kesepakatan dengan berbagai negara, sehingga dianggap Barat sebagai "negara penipu". Program sentrifugal Iran di Natanz, yang menjadi sumber diplomasi global yang intens dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar dibangun berdasarkan desain dan material yang pertama kali dipasok oleh Khan. Ia juga seringkali melakukan kunjungan ke Korea Utara, di mana teknologi nuklir diyakini telah ditukar dengan keahlian dalam teknologi rudal.

Selain bekerja sama dengan pemimpin negaranya, ia juga ingin mematahkan monopoli Barat atas senjata nuklir. Setelah serangan 11 September 2001, ketakutan bahwa teroris bisa mendapatkan senjata pemusnah massal meningkat, dan begitu pula dengan rumitnya urusan membujuk Pakistan untuk mengambil tindakan terhadap Khan.

Akhirnya pada bulan Maret 2003, saat AS dan Inggris menginvasi Irak atas senjata pemusnah massal yang ternyata tidak ada, pemimpin Libya, Kolonel Gaddafi, memutuskan bahwa ia perlu menghentikan programnya, karena itu akan mengarah pada kunjungan rahasia dari tim CIA dan MI6. Tindakan tersebut memberikan pengaruh penting bagi Washington untuk mendorong Pakistan mengambil tindakan terhadap Abdul Qadeer Khan, sehingga ia ditempatkan di bawah rumah tahanan, dan menjalani sisa-sisa hidupnya di sana, Khan bahkan dipaksa untuk membuat pengakuan di televisi.

Penulis: Vania Dinda Marella

3 dari 3 halaman

infografis Negara dengan Senjata Nuklir Terbesar