Liputan6.com, San Fransisco - Memiliki lubang yang dibor ke tengkorak serta kabel listrik yang secara langsung terhubung ke otak terdengar sangat mengerikan. Namun, hal tersebut tidak demikian bagi Sarah.
Perempuan berusia 36 tahun yang telah menderita depresi selama bertahun-tahun itu menganggap tindakan medis tersebut sebagai berkat atas kondisi kesehatannya.
Seperti diwartakan BBC, Rabu (13/10/2021), Sarah mengaku keputusan penanaman implan sebesar kotak korek api tersebut merupakan langkah putus asa yang sepadan. Penanaman implan tersebut terbukti telah membuatnya bebas dari depresi selama lebih dari setahun.
Advertisement
Berbagai perawatan sudah dilalui termasuk mengkonsumsi antidepresan dan terapi kejang listrik. Hal ini membuatnya putus asa dan membawanya ke dalam keputusan menanamkan implan di otak.
"Saya telah kehabisan semua pilihan pengobatan yang mungkin dilakukan," kata Sarah kepada BBC. "Kehidupan sehari-hari saya menjadi sangat terbatas. Saya merasa tersiksa setiap hari. Saya hampir tidak bergerak atau melakukan apapun. Ketika saya berada di kedalaman depresi, yang saya lihat hanyalah yang buruk.
Implan Sarah secara teknis selalu aktif, secara terus-menerus memantau aktivitas otaknya dan hanya mengirimkan impuls listrik ketika ia merasa membutuhkannya. Wanita itu mengatakan bahwa dia tidak dapat merasakan impulsnya, tetapi dia mengatakan bahwa aliran listrik terjadi dalam waktu 15 menit. Membuatnya merasa lebih waspada, energik, dan lebih positif.
"Ketika implan pertama kali dihidupkan, seketika itu juga hidup saya terasa lebih baik," klaim Sarah. "Hidup saya menyenangkan lagi. Dalam beberapa minggu, pikiran untuk bunuh diri menghilang. Perangkat itu mencegah depresi saya, memungkinkan saya untuk kembali ke diri saya yang terbaik dan membangun kembali kehidupan yang layak untuk dijalani."
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasien Pertama
Sarah adalah orang pertama yang pernah dipasangi implan otak semacam ini dan meskipun kasusnya dianggap sukses, tidak berarti bahwa praktek ini divalidasi manjur. Para peneliti dari University of California, San Fransisco sekarang mencoba merekrut sukarelawan baru untuk prosedur serupa dengan harapan menemukan cara pengobatan baru untuk depresi.
"Meskipun prosedur bedah yang sangat invasif semacam ini hanya akan digunakan pada pasien yang paling parah dengan gejala yang sulit diatasi, ini merupakan langkah maju yang menarik karena sifat stimulasi yang dipesan lebih dahulu," kata Profesor Jonathan Roiser, ahli ilmu saraf di University College London.
Advertisement
Bagaimana Cara Kerjanya?
Peneliti Dr. Katherine Scangos yang merupakan seorang psikiater di UC San Fransisco mengatakan inovasi ini dimungkinkan dengan menemukan depression circuits (sirkuit depresi) di otak Sarah.
"Kami menemukan satu lokasi, yaitu area yang disebut sebagai ventral striatum, di mana rangsangan secara konsisten menghilangkan perasaan depresinya.
"Kami juga menemukan area aktivitas otak di amigdala yang bisa memprediksi kapan gejalanya paling parah," imbuhnya.
Studi eksperimental ini dijelaskan dalam jurnal Nature Medicine.
Â
Penulis: Anastasia Merlinda