Sukses

Masjid di Niger Barat Diserang Picu 10 Orang Tewas, ISIS Dalangnya?

Diduga militan merupakan dalang dari serangan masjid di Niger yang menewaskan 10 orang. Apakah dari kelompok ISIS?

Liputan6.com, Tillaberi - Serangan di sebuah masjid awal pekan ini melanda wilayah Tillaberi, Niger barat, kata sumber-sumber lokal pada Rabu 13 Oktober 2021. Aksi yang diduga dilakukan oleh militan itu telah membunuh 10 penduduk desa.

Serangan pada Senin 10 Oktober itu terjadi di Desa Abankor di wilayah Tri-Border, di mana Niger, Mali dan Burkina Faso bertemu, seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (14/10/2021).

"Para penyerang tiba dengan sepeda motor saat salat malam dan para korban berada di masjid ketika mereka dibunuh," kata seorang pejabat di kota Banibangou kepada AFP.

Seorang penduduk kota tetangga Tondiwindi membenarkan serangan itu dan jumlah korban tewas. Di radio lokal Studio Kalangou, seorang warga Abankor mengatakan satu orang terluka selain 10 orang tewas, menambahkan bahwa serangan itu terjadi saat malam baru beranjak.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Krisis Pangan Juga Mengancam

Sejak awal tahun, serangan oleh tersangka militan telah terjadi di daerah sekitar Banibangou dan kota-kota terdekat di wilayah Tillaberi.

Daerah itu merupakan hot spot dan sering menjadi sasaran kelompok ISIS di Great Sahara (The Islamic State in the Greater Sahara/IS-GS) dan Kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dalam serangan mematikan terhadap warga sipil dan tentara.

Kamudian, awal bulan ini PBB memperingatkan bahwa wilayah Tillaberi sedang menghadapi krisis pangan yang parah, dengan hampir 600.000 orang terkena kelangkaan pangan.

“Ketidakamanan dan serangan berulang oleh unsur-unsur yang dicurigai dari kelompok bersenjata nonnegara yang menargetkan petani dan warga sipil akan memiliki dampak serius tahun ini pada situasi pangan yang sudah genting,” kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB memperingatkan dalam sebuah laporan yang dikirim ke AFP.

 

Reporter: Cindy Damara