Sukses

Upaya AS Buat Iran ke Kesepakatan Nuklir Terancam Gagal

Selama berbulan-bulan Amerika Serikat bersama dengan kekuatan besar lainnya, telah berusaha untuk menyelamatkan kesepakatan 2015.

Liputan6.com, Teheran - Upaya untuk membuat Teheran kembali ke persyaratan kesepakatan nuklir Iran terancam bahaya gagal, memaksa Amerika dan sekutunya mempertimbangkan opsi non-diplomatik untuk menangkal ancaman, demikian menurut pejabat tinggi AS.

Selama berbulan-bulan, Amerika Serikat, bersama dengan kekuatan besar lainnya, telah berusaha untuk menyelamatkan kesepakatan 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) melalui serangkaian pembicaraan tidak langsung di Wina.

Namun pembicaraan itu terhenti, pejabat penting di Washington sekarang memperingatkan waktu dengan cepat berlalu, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (14/10/2021).

"Dengan berlalunya hari dan penolakan Iran untuk terlibat dengan itikad baik, jalan menjadi terhambat" kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada wartawan, Rabu (13/10), dalam pertemuan pers bersama rekan-rekannya dari Israel dan Uni Emirat Arab di Washington.

"Kita terus percaya diplomasi adalah cara paling efektif untuk melakukan itu, tetapi dibutuhkan dua pihak untuk terlibat dalam diplomasi, dan kita belum melihat kemauan Iran untuk melakukannya," katanya.

"Kita siap untuk beralih ke pilihan lain jika Iran tidak mengubah arah."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Prediksi Iran Pilih Jalan yang Berbeda

Utusan khusus Washington untuk Iran memberikan penilaian yang sama selama pembicaraan virtual pada Rabu (13/10) pagi.

"Kita realistis. Kita tahu ada kemungkinan besar Iran akan memilih jalan yang berbeda," kata Robert Malley ketika ditanya tentang harapan Teheran akan kembali mematuhi kesepakatan nuklir Iran.

"Kita harus mempersiapkan dunia, di mana Iran tidak memiliki kendala pada program nuklirnya, dan kita harus mempertimbangkan opsi untuk menghadapinya," kata Malley.