Sukses

17 Misionaris AS dan Sejumlah Anak-Anak Diculik Geng Bersenjata di Haiti

Haiti yang masih bergulat pasca gempa, kini menghadapi masalah meningkatnya kasus penculikan.

Liputan6.com, Port-Au-Prince - Sekelompok 17 misionaris dari Amerika Serikat, termasuk di antaranya anak-anak, telah diculik di Haiti. Mereka sedang dalam perjalanan pulang dari membangun panti asuhan di ibu kota Port-au-Prince, kata Christian Aid Ministries.

Sebuah pesan suara yang dikirim ke sejumlah misi keagamaan oleh kelompok bantuan asing yang berbasis di Ohio mengatakan pria, wanita dan anak-anak ditahan oleh geng bersenjata.

"Direktur lapangan misi dan kedutaan Amerika sedang bekerja untuk melihat apa yang bisa dilakukan. Berdoalah agar anggota geng akan bertobat dan beriman kepada Yesus Kristus."

Seorang juru bicara pemerintah AS mengatakan kepada AP bahwa kesejahteraan dan keselamatan warga AS di luar negeri adalah salah satu prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri.

Haiti telah melihat peningkatan penculikan terkait geng setelah Presiden Jovenel Moise dibunuh di rumahnya pada bulan Juli, seperti dilansir dari Sky News, Minggu (17/10/2021).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Penculikan Meningkat Sejak Awal Tahun Ini

Negara-negara termiskin di Amerika, juga telah bergulat dengan pasca gempa besar yang menewaskan lebih dari 2.200 orang pada Agustus.

The New York Times mengatakan bagian dari ibu kota sekarang sangat berbahaya sehingga banyak penduduk telah melarikan diri dan hanya sedikit orang yang keluar pada siang hari.

Geng telah menuntut uang tebusan mulai dari ribuan dolar hingga lebih dari $1 juta atau sekitar Rp 14 miliar, menurut pihak berwenang.

Bulan lalu, seorang diaken dibunuh di depan sebuah gereja di Port-au-Prince dan istrinya diculik, satu dari lusinan orang yang diculik dalam beberapa bulan terakhir.

Setidaknya 328 korban penculikan dilaporkan ke polisi Haiti dalam delapan bulan pertama tahun 2021, dibandingkan dengan total 234 untuk semua tahun 2020, menurut laporan PBB baru-baru ini.

Ketidakstabilan telah menyebabkan ribuan orang melarikan diri dan berusaha mencapai AS, di mana mereka telah dihentikan di perbatasan.

 

Reporter: Cindy Damara