Liputan6.com, Beijing - Temperatur dingin terjadi di Beijing pada 20 hari lebih awal dari biasanya. Hal ini terjadi di tengah gelombang dingin yang sudah lebih dulu terjadi di beberapa provinsi China. Salju juga terpantau turun lebih awal.
Media pemerintah Global Times menyebut fenomena iklim ini meresahkan warga karena bisa menjadi pertanda musim dingin yang lebih parah dari biasanya.
Advertisement
"Gelombang dingin menurunkan temperatur di banyak tempat di provinsi Hebei, Shandong, Henan, Anhui, dan Jiangsu yang (temperaturnya) turun 10 derajat celcius dalam 24 jam," tulis Global Times, dikutip Senin (18/10/2021).
Warga lokal lantas bercanda bahwa rasa dingin ini seperti "quick-freeze mode" di dalam kulkas.
Kedatangan gelombang dingin ini membuat khawatir karena sistem pemanas munisipal di China memiliki jadwal tersendiri untuk dinyalakan, tetapi gelombang dingin datang lebih awal.
Beberapa daerah di China akhirnya menyalakan sistem mereka lebih awal, seperti di kota-kota di timur laut China.
Hal ini dikhawatirkan bisa memicu masalah energi di China yang saat ini juga sedang mengalami kesulitan. Namun, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional menjamin persediaan energi akan aman pada musim dingin dan musim semi mendatang.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Salju di Luoyang
Salju terpantau sudah terlihat di Beijing dan Luoyang, meski sekarang masih jauh dari musim salju.
Pada 1 Oktober 2021, salju turun di gunung di daerah Beijing.
Di Luoyang, provinsi Henan, salju juga mulai terlihat di Gunung Baiyun pada Sabtu lalu. Biasanya, salju turun di akhir November atau awal Desember.
Prakiraan cuaca nasional telah mengeluarkan blue alert untuk mengantisipasi gelombang dingin.
Otoritas meteorologi nasional China berkata setelah gelombang dingin, suhu akan naik sedikit, tetapi tetap 4-6 derajat celcius lebih dingin dari rata-rata.
Pakar cuaca di Beijing berkata gelombang dingin datang lebih awal karena adanya anomali-anomali di atmosfer. Meski demikian, pakar membantah bahwa gelombang dingin akan berpengaruh pada musim dingin yang lebih parah.
Â
Advertisement