, Brussel - Komisaris Tenaga Kerja Uni Eropa, Nicolas Schmit memperingatkan akan meningkatnya apa yang disebut kemiskinan energi di Eropa saat musim dingin mendatang, akibat naik drastisnya harga energi.
Sudah ada jutaan orang di Eropa yang tidak bisa menggunakan pemanas di rumahnya secara layak "dan angka ini akan terus bertambah”, sebutnya kepada kantor berita DPA Jerman.
Baca Juga
Menurut Schmit, Komisi Eropa dapat membantu negara Uni Eropa membatasi dampak dari kenaikan harga energi tersebut terhadap masyarakat, namun hal tersebut tergantung masing-masing negara dalam mengambil tindakan.
Advertisement
Sebuah rumah tangga dikategorikan berada dalam kemiskinan bahan bakar atau miskin energi jika anggota keluarga tidak mampu untuk memanaskan rumah mereka dengan biaya yang wajar saat musim dingin tiba, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Rabu (20/10/2021).
Konfederasi Serikat Tenaga Kerja Eropa bulan September lalu memperingatkan, lebih dari 2,7 juta orang di Eropa tidak mampu untuk menghangatkan rumah mereka secara layak, meskipun mereka memiliki pekerjaan.
Pemerintah Jerman pekan lalu memangkas sepertiga tarif pajak untuk sumber energi terbarukan. Retribusi tersebut menjadi bagian beban sekitar seperlima tagihan listrik konsumen Jerman.
Pemerintah Prancis menawarkan Rp 1,6 juta kepada rumah tangga berpenghasilan rendah untuk subsidi biaya tambahan untuk pemanasan rumah.
Dampak kenaikan harga energi globalHarga gas alam dan batu bara di pasar global, dalam beberapa minggu belakangan mencapai rekor tertingginya, dan harga minyak bumi melambung hingga lebih dari Rp 1,1 juta per barelnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengaruh Pandemi COVID-19
Kenaikan harga tersebut dipicu pemulihan perekonomian dari pandemi COVID-19 yang menyebabkan permintaan produksi listrik untuk produk manufaktur meningkat, sehingga terjadi kekurangan pasokan secara global.
Sejumlah politisi menyalahkan Rusia, yang memasok sekitar 50% dari impor gas alam Uni Eropa.
Suplai gas Rusia menurun selama pandemi, meskipun saat ini pasokian sudah kembali normal, namun tidak dapat memenuhi permintaan tambahan.
Terdapat spekulasi bahwa Moskow sengaja menahan pengiriman tambahan guna menekan Jerman agar meresmikan penggunaan pipa gas Nord Stream 2 melalui Laut Baltik, yang selesai bulan lalu.
Pembangunan jaringan pipa gas tersebut dikritik, karena diprediksi akan membuat Eropa menjadi tergantung pada pasokan gas Rusia.
Sebelumnya Uni Eropa meyakini, kenaikan harga energi hanya sementara dan akan pulih saat musim semi.
Advertisement