Liputan6.com, Washington - Penghormatan mengalir untuk mantan menteri luar negeri AS Colin Powell setelah pengumuman kematiannya pada Senin, 18 Oktober pagi waktu setempat pada usia 84. Colin Powell meninggal dunia akibat komplikasi COVID-19 yang dideritanya saat dirawat karena kanker.
Presiden ASÂ Joe Biden memuji Colin Powell sebagai seorang teman baik dan patriot dengan kehormatan dan martabat yang tak tertandingi. Pujian ini disampaikan atas nama dirinya dan ibu negara, Jill Biden.
Advertisement
Baca Juga
Seperti diwartakan The Guardian, Selasa (19/10/2021), sebelum menjabat sebagai wakil presiden, Joe Biden adalah senator Demokrat AS untuk Delaware. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, Biden mengungkapkan kekagumannya kepada Colin Powell.
"Sebagai Senator, saya bekerja sama dengannya ketika dia menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional, Ketua Gabungan Kepala Staf dan sebagai Menlu. Selama bertahun-tahun kami bekerja sama bahkan di luar kesepakatan, Colin selalu menjadi seseorang yang memberi Anda yang terbaik serta memperlakukan Anda dengan hormat."
"Colin mewujudkan cita-cita tertinggi prajurit dan diplomat. Dia berkomitmen untuk kekuatan dan keamanan bangsa kita di atas segalanya. Setelah berperang, dia mengerti lebih baik daripada siapapun bahwa kekuatan militer saja tidak cukup untuk menjaga perdamaian dan kemakmuran kita," imbuhnya.
Biden melanjutkan dengan berbicara tentang tonggak sejarah Colin Powell sebagai menteri luar negeri kulit hitam Amerika Serikat pertama.
"Setelah berulang kali melanggar batasan rasial, membuka jalan bagi orang lain untuk mengikuti layanan Pemerintah Federal, Colin berkomitmen sepanjang hidupnya untuk berinvestasi pada generasi kepemimpinan berikutnya," katanya.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Blinken: Dunia Kehilangan Pemimpin yang Luar Biasa
Menlu AS, Antony Blinken mengatakan bahwa dunia telah kehilangan pemimpin luar biasa dan orang hebat dalam diri Powell, pensiunan jenderal bintang empat yang mendahuluinya sebagai diplomat unggulan di Amerika.
Blinken menambahkan bahwa Powell telah dicintai di departemen luar negeri karena dia telah memercayai pejabat dan memberdayakan mereka. "Dia tidak peduli dengan formalitas atau hierarki, dia ingin mendengar dari semua orang," kata Blinken.
Blinken meramalkan bahwa ide-ide pendahulunya akan dipelajari oleh para pemikir diplomatik dan militer di masa depan.
"Dia percaya bahwa Amerika dapat dan harus memimpin dengan percaya diri dan rendah hati. Bahwa dunia lebih aman ketika AS terlibat dan sekutu serta mitranya bersatu."
Advertisement
Colin Powell Sebagai Pendobrak Batasan Rasial
Kamala Harris, wanita pertama dan wakil presiden AS kulit hitam dari Asia Selatan pertama, mengatakan Powell adalah orang Amerika yang luuar biasa, yang melayani dengan bermartabat dan anggun.
Dia memuji Powell sebagai inspirasi, sebagai pria kulit hitam pertama di AS yang naik ke posisi tinggi yang dia capai. Dia juga mengatakan Powell sangat mendukung Biden.
Penghormatan lainnya disampaikan oleh Menteri pertahanan AS, Lloyd Austin. Dirinya mengaku merasa sangat sedih ketika mendengar kabar kepergian Powell. "Saya merasa seolah-olah saya memiliki lubang di hati saya pagi ini," katanya saat diwawancara.
Austin adalah orang Afrika-Amerika pertama yang menjabat sebagai menteri pertahanan, mengatakan bahwa Powell telah bertindak sebagai mentornya. "Dia telah menjadi mentor saya selama beberapa tahun. Dia selalu meluangkan waktu untukku."
Dia menambahkan bahwa dalam pandangannya, kepergian Powell menandai kehilangan salah satu pemimpin terbesar yang pernah dunia saksikan. Komentar Austin menggemakan ungkapan terima kasih yang serupa dari politisi berkulit hitam lainnya di seluruh negeri, seperti Jamaal Bowman dan Stacey Abrams.
Klaim yang Salah Tentang Irak
Stacey Abrams berkomentar bahwa Powell telah memimpin dengan integritas dan membela demokrasi. Namun, aktivis hak suara Demokrat di Georgia ini juga mencatat bahwa mantan menlu Powell telah mengakui kesalahannya.
Ia menyebut tindakan Powell yang paling dikritik saat berargumen di hadapan dewan keamanan PBB pada Februari 2003. Powell mengatakan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai awal menuju invasi ke negara tersebut.
Tahun berikutnya Powell mengakui bahwa intelijen yang menjadi dasar penilaiannya mungkin salah, seperti yang kemudian terbukti menjadi kasusnya.
Pada 2011, dia mengatakan kepada Guardian bahwa dia ingin CIA dan Pentagon menjelaskan mengapa mereka gagal memperingatkannya tentang salah satu sumber utama Irak yang tidak dapat diandalkan yang berujung pada munculnya klaim yang salah.
Advertisement
Penghormatan dari Pemimpin Politik Lainnya
Tony Blair, PM Inggris yang juga mendukung invasi Irak menyebut Powell sebagai tokoh yang menjulang tinggi dalam kepemimpinan militer dan politik Amerika selama betahun-tahun.
Terlepas dari peran Powell dalam memperkuat intelijen yang salah sebelum perang Irak, beberapa tokoh terkemuka memuji integritasnya.
Richard Haass, presiden Dewan Hubungan Luar Negeri yang bekerja bersama Powell melalui tiga pemerintahan kepresidenan berturut-turut dimulai dengan pemerintahan Ronald Reagan, mengatakan pada Morning Joe dari MSNBC bahwa Powell adalah orang paling jujur secara intelektual yang pernah ditemuinya. "Dia anti-ideologi, dia berpikiran terbuka. Dia tidak menghabiskan waktunya untuk teori, dia didasarkan pada kenyataan."
Dick Cheney, wakil presiden AS era Bush yang merupakan tokoh utama di Irak hanya mengatakan bahwa bekerja dengan Powell selama perang Teluk pertama telah menunjukkan kepadanya dedikasi Powell yang begitu besar untuk Amerika Serikat.
"Colin adalah pelopor dan panutan bagi banyak orang," kata Cheney.
Â
Penulis: Anastasia Merlinda