Liputan6.com, Addis Ababa - Ethiopia telah mengaku jadi dalang di balik serangan udara di ibu kota wilayah Tigray yang dilanda konflik, beberapa jam setelah membantah telah melakukan serangan mematikan tersebut.
Kantor berita pemerintah mengatakan, serangan tersebut menargetkan fasilitas komunikasi dan persenjataan pemberontak.
Namun, media yang dikendalikan oleh Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) mengatakan bahwa tiga warga sipil tewas.
Advertisement
Kelompok pemberontak sedang berperang dengan pemerintah federal Ethiopia, demikian dilansir dari laman BBC, Selasa (19/10/2021).
Baca Juga
Pemerintah awalnya membantah pernyataan telah melakukan penyerangan dengan sasaran ibu kota Tigray, Mekelle.
"Mengapa pemerintah Etiopia menyerang kotanya sendiri? Mekelle adalah kota Etiopia," tanya juru bicara pemerintah, Legesse Tulu.
Kementerian Luar Negeri Ethiopia kemudian menuduh TPLF membunuh sedikitnya 30 warga sipil dalam serangan baru-baru ini di negara bagian Amhara dan Afar, yang keduanya berbatasan dengan Tigray.
"Teroris adalah orang-orang yang menyerang kota-kota dengan warga sipil tak berdosa di dalamnya, bukan pemerintah," tambah Legesse.
Tetapi beberapa jam kemudian, media pemerintah mengatakan telah berhasil melakukan serangan dengan tujuan mencegah korban sipil.
TPLF tetap mengatakan tidak demikian, dan menuduh pemerintah sengaja melakukan dua kali pemogokan pada market day.
Sementara itu, TPLF, yang menganggap dirinya sebagai otoritas yang sah di Tigray, belum menanggapi tuduhan bahwa pasukannya berada di balik kematian warga sipil.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Krisis Kemanusiaan di Tigray
Sulit untuk mengonfirmasi rincian secara bebas karena ada pemadaman komunikasi di wilayah tersebut.
Tentara Ethiopia menguasai sebagian besar wilayah utara Tigray pada November 2020, setelah pasukan TPLF merebut sebuah pangkalan militer.
Sejak itu, konflik 11 bulan telah menyebabkan krisis kemanusiaan, dengan peringatan PBB pada bulan Juli bahwa sekitar 400.000 orang hidup dalam kondisi seumoama kelaparan di Tigray.
Ribuan orang tewas dalam konflik tersebut, dan dua juta lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Pada Juni 2021, pemberontak merebut kembali Tigray dalam serangan mendadak, dan kemudian pindah ke bagian wilayah tetangga seperti Amhara.
Ethiopia telah menyatakan TPLF sebagai organisasi teroris, tetapi TPLF bersikeras bahwa itu adalah pemerintah yang sah di Tigray.
Â
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement