Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat terus mengeratkan komitmen untuk mempererat kerja sama dengan negara-negara di ASEAN, termasuk Indonesia.Â
Terlebih selama masa pandemi, Amerika Serikat juga berulang kali menegaskan komitmen tersebut.Â
Dalam kunjungan terbaru oleh penasehat Kemlu AS, Derek Chollet pun menyampaikan komitmen AS di kawasan.Â
Advertisement
"Keterlibatan ini benar-benar menggarisbawahi pentingnya yang kami tempatkan di kawasan ini dan tingkat komitmen untuk bekerja dengan sekutu dan mitra kami," ujar Derek Chollet dalam briefing via panggilan telepon pada Kamis (21/10).Â
Ia juga menambahkan bahwa ia telah bertemu dengan para pemimpin di Thailand, Singapura, juga Indonesia.
"Saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan para menteri luar negeri dari ketiga negara, dan kami telah membahas cara-cara kami dapat bekerja dengan ASEAN dan sekutu serta mitra kami di kawasan ini,"
"Kami telah bekerja sama dalam berbagai masalah. Itu termasuk bekerja sama untuk mengatasi pandemi dan mendapatkan pemulihan ekonomi yang kuat, memerangi perubahan iklim, dan berkomitmen pada tatanan internasional berbasis aturan yang bermanfaat bagi kita semua," ungkapnya.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dukungan AS untuk Myanmar
Derek Chollet juga menekankan bahwa AS kini fokus terhadap masalah yang terjadi di Myanmar.Â
Ia menyampaikan bahwa fokus utama dalam kunjungan ke sejumlah negara di ASEAN minggu ini adalah situasi yang memburuk di Myanmar.
"Di setiap pemberhentian kami telah menegaskan kembali dukungan AS untuk rakyat Myanmar dan aspirasi mereka untuk kebebasan dan demokrasi, dan kami telah menggarisbawahi bahwa komunitas internasional telah tanggung jawab mendesak untuk menekan rezim militer agar menghentikan kekerasan, untuk membebaskan mereka yang ditahan secara tidak adil, termasuk, tentu saja, jurnalis Amerika Danny Fenster, dan untuk menghormati kehendak rakyat Burma yang menuntut kembalinya demokrasi," paparnya.
Ia menambahkan bahwa ASÂ sangat prihatin dengan krisis yang mempengaruhi Rohingya di Burma dan Bangladesh dan kawasan.
"Itulah sebabnya kami telah menyumbang lebih dari $1,5 miliar untuk mendukung Rohingya sejak pecahnya kekerasan pada tahun 2017," tambahnya lagi.Â
Chollet menambahkan bahwa kekerasan rezim, penyebaran COVID-19 dan kondisi ekonomi yang ambruk kian memperburuk kondisi di negara tersebut.Â
Advertisement