Sukses

Demo Tolak Kudeta Militer di Sudan Masih Bentrok, Korban Tewas Terus Bertambah

Korban tewas akibat kudeta militer di Sudan terus bertambah.

Liputan6.com, Khartoum - Pasukan keamanan Sudan bentrok dengan pengunjuk rasa yang marah atas kudeta militer yang menggagalkan transisi rapuh menuju demokrasi. Kudeta itu juga memicu kecaman internasional, dengan Amerika Serikat dan PBB meningkatkan tekanan pada pemerintah militer baru Sudan.

Satu pengunjuk rasa dilaporkan tewas pada Kamis 28 Oktober, menurut petugas medis, pada hari keempat konfrontasi antara tentara dan pengunjuk rasa anti-kudeta di Khartoum.

Dewan Keamanan PBB meminta militer untuk memulihkan pemerintah yang dipimpin sipil yang mereka gulingkan pada hari Senin.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (29/10/2021), dewan dalam pernyataan yang disahkan dengan suara bulat menyatakan "keprihatinan serius" tentang perebutan kekuasaan tentara di negara Afrika Timur Laut yang dilanda kemiskinan dan mendesak semua pihak "untuk terlibat dalam dialog tanpa prasyarat.

Setelah pernyataan Dewan Keamanan PBB, Presiden AS Joe Biden mengatakan negaranya mendukung para demonstran di Sudan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Kudeta di Sudan

Jenderal Abdel Fattah al-Burhan – pemimpin de facto Sudan sejak penggulingan pemimpin lama Omar al-Bashir 2019 setelah protes besar yang dipimpin pemuda – pada hari Senin membubarkan pemerintah negara yang rapuh.

Sementara pemimpin sipil, Perdana Menteri Abdalla Hamdok, telah berada di bawah tahanan rumah.

Ibukota Sudan telah diguncang oleh kerusuhan selama berhari-hari dan bersiap untuk demonstrasi besar pada hari Sabtu.

3 dari 3 halaman

Infografis 3 Manfaat Tracing Putus Rantai Penularan Covid-19