Liputan6.com, Jakarta - Silflower adalah salah satu tanaman asli yang menyelimuti padang rumput Amerika Utara yang luas. Saat ini sebagian besar terbatas pada pinggir jalan dan parit. Berkat energi matahari bunga ini siap untuk kembali.
Dilansir AP, Jumat (5/11/21), para peneliti menanam bunga Silflower di sembilan instalasi surya di area Minneapolis, menguji potensinya sebagai tanaman biji minyak. Tanaman tahunan yang mengakar juga menawarkan makanan ternak dan sangat dibutuhkan untuk habitat lebah, kupu-kupu, dan burung kolibri.
Advertisement
Baca Juga
"Industri surya tertarik untuk memulihkan habitat penyerbuk. Ini sepertinya kemitraan yang baik," kata ilmuwan tanaman, Ebony Murrell dari The Land Institute.
Solar adalah sumber energi terbarukan yang dapat membantu dunia mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan gas rumah kaca.
Seiring pertumbuhan industri, panel surya akan tersebar di jutaan hektar, menyia-nyiakan lahan pertanian, kata para kritikus. Namun, para pendukung melihat peluang untuk mendiversifikasi produksi tanaman dan meningkatkan pendapatan pemilik tanah, sambil memperbaiki kerusakan ekologis pada tanah yang dibajak atau diaspal.
"Ada banyak ruang di mana surya dapat diintegrasikan dengan penggunaan lahan yang benar-benar inovatif," kata Brendan O'Neill, ilmuwan lingkungan Universitas Michigan yang memantau bagaimana penanaman di fasilitas 1.752 panel baru di Cadillac, Michigan, menyimpan karbon.
Di tempat lain, instalasi tenaga surya menampung domba yang mengurangi kebutuhan untuk memotong. Dan para peneliti sedang bereksperimen dengan tanaman yang tumbuh di bawah panel surya, sambil memeriksa potensi keuntungan lainnya: mencegah erosi tanah, dan melestarikan dan membersihkan air.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menggembalakan Domba
Departemen Energi AS mendanai pencarian penggunaan lahan terbaik di sekitar ladang tenaga surya. Proyek yang disebut InSPIRE ini melibatkan Laboratorium Energi Terbarukan Nasional, Laboratorium Nasional Argonne, dan mitra lainnya yang melakukan penelitian di 25 lokasi di seluruh negeri.
Pengembang dan peneliti surya berharap proyek dengan berbagai penggunaan lahan akan memudahkan penolakan dari penduduk pedesaan yang tidak ingin lahan pertanian dikeluarkan dari produksi atau menganggap panel surya sebagai penyakit. “Kami membutuhkan komunitas pertanian yang sehat, tetapi kami juga membutuhkan energi terbarukan,” kata Jordan Macknick, analis utama lab energi terbarukan untuk InSPIRE.
Di Cascadilla Community Solar Farm di bagian utara New York, domba mengunyah rumput di antara panel surya sementara lebah dan kupu-kupu mengumpulkan serbuk sari dari bunga asli. Peneliti Cornell University Niko Kochendoerfer mengatakan data awal dari studi tiga tahunnya menunjukkan penggembalaan ringan menghasilkan lebah dan bunga liar yang melimpah. Beberapa spesies lebah langka muncul.
Petani mendapatkan sekitar Rp.4 juta hingga 7 juta tiap tahunnya untuk menggembalakan domba di lokasi tenaga surya. Penggembalaan lebih murah daripada pengelolaan situs tradisional, kata Lewis Fox.
Fox memiliki domba di situs surya dari Pennsylvania selatan ke Vermont.
Advertisement
Pertanian Pertemuan Surya
Di Longmont, Colorado, Jack's Solar Farm menawarkan contoh lain dari pertanian pertemuan surya. Para peneliti membandingkan sayuran yang ditanam di bawah panel sekitar dua sampai dia setengah meter dari tanah di bawah matahari terbuka dan memiliki hasil yang beragam.
Agrivoltaics, atau menanam produk di bawah panel, sangat menjanjikan di daerah yang panas dan gersang, kata para ahli yang telah menanam tomat ceri dan paprika di bawahnya di laboratorium Biosphere 2 Universitas Arizona. Pertanian skala besar membutuhkan penanaman dan pemanenan mekanis yang mungkin sulit dilakukan di bawah panel.
Di prospek komersial untuk agrivoltaik tidak diketahui, para ilmuwan mengatakan pasti bahwa lahan surya ideal untuk rumput dan bunga asli yang menarik penyerbuk, banyak yang menghadapi kepunahan. Peneliti lainnya melaporkan bahwa lebah dan serangga mengunjungi sebagian tanaman. Mereka juga dapat menyerbuki tanaman di ladang terdekat, meningkatkan hasil panen.
Situs ramah penyerbuk akan memiliki potensi penyimpanan karbon dua pertiga lebih banyak, hampir seperlima lebih sedikit limpasan air dan erosi tanah 95% lebih sedikit daripada lahan yang dibudidayakan secara tradisional. Namun, Beberapa pengembang surya menolak karena tanaman untuk penyerbuk lebih mahal daripada rumput yang digunakan di banyak lokasi.
Seiring berjalannya waktu perawatan lebih rendah, menurut Reed Richerson, chief operating officer US Solar. Popularitas penyelamatan lebah dan kupu-kupu menarik orang-orang seperti Walmart, yang membeli listrik dari lusinan instalasi Solar AS yang ramah penyerbuk.
Penulis: Alicia Salsabila
Infografis Tips Pilih Masker Medis Asli dan Aman Cegah Covid-19
Advertisement