Sukses

Misteri Bumi: Ilmuwan Deteksi Gempa Terdalam di Dunia

Kedalaman gempa ini mencapai 751 kilometer di bawah permukaan bumi.

Liputan6.com, Kepulauan Bonin - Para ilmuwan mendeteksi fenomena gempa di kedalaman 467 mil (751 kilometer) di bawah permukaan Bumi. Padahal, area dalam tersebut seharusnya tak mengalami gempa.

Menurut laporan Space.com, Jumat (12/11/2021), gempa itu adalah yang terdalam yang pernah diketahui. Kedalaman 751 kilometer itu berarti gempa berada di lower mantle (mantel bagian bawah) dari planet Bumi.

Ilmuwan menilai gempa di mantel bagian bawah tidaklah mungkin sebab ada tekanan yang kuat di area itu, sehingga batuannya lebih mungkin mengubah mengubah bentunya ketimbang hancur sembari melepaskan energi dan menimbulkan gempa.

Gempa itu merupakan aftershock dari gempa di Kepualauan Bonin di Jepang pada 2015. Saat itu, Kepulauan Bonin diguncang gempa Bumi magnitudo 7,9. Seismolog dari University of Arizona, Eric Kiser, mendeteksi gempa itu menggunakan teknologi Hi-net seismic array dari Jepang. Hasil penelitian itu dirilis di jurnal Geophysical Research Letters.

Array tersebut adalah sistem terbaik untuk mendeteksi gempa saat ini. Menurut tanggapan seismolog John Vidale dari University of Southern California menyebut gempa yang terjadi sangat dalam itu termasuk gempa kecil dan tak bisa dirasakan di permukaan, sehingga instrumen yang sensitif diperlukan untuk menemukannya.

Vidale berkata kedalaman gempa itu masih harus dikonfirmasi oleh para peneliti lain, meski demikian ia menyebut temuan dari University of Arizona ini cukup meyakinkan.

"Mereka melaksanakan kerja yang bagus, jadi saya cenderung berpikir ini mungkin benar," ujarnya kepada Live Science.

Lantas mengapa gempa Bumi itu bisa terjadi? Berikut ini penjelasan dari ilmuwan:

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Misteri Bumi

Mayoritas gempa yang terjadi berada di kedalaman yang dangkal, seperti di kerak bumi dan upper mantle (mantel bagian atas) yang berada di 100 kilometer di bawah permukaan.

Semakin ke bawah Bumi, otomatis tekanan dan panasnya semakin tinggi, sehingga mereka kemungkinan tidak akan hancur. Namun, pakar geomaterial Pamela Burnley menyebut bisa saja pori-pori batuannya terisi air, sehingga bisa saja batuannya hancur karena rapuh.

Masalahnya, Burnley menilai pada kedalaman itu, harusnya pori-pori bumi sudah tertutup, sehingga tak bisa dimasuki cairan. Meski demikian, Burnley menilai penjelasan ini adalah mineral yang bertingkah tidak biasa.

Penjelasan lainnya adalah kemungkinan batas antara upper dan lower mantle tidak setepat yang diperkirakan seismolog.

Selain itu, daerah Bonin adalah zona subduksi tempat kerak samudera berada di bawah kerak benua. Hal itu cenderung menyebabkan warping effect.

"Ini adalah tempat yang rumit, kita tidak tahu di mana tepatnya batasan antara mantel atas dan bawah," ujar pakar geofisika Heidi Houston di University of Southern California.

Sementara, peneliti yang mendeteksi gempa ini menilai subducting slab dari kerak masuk ke mantel bagian bawah sehingga membuat batuan di sana berada dalam tekanan besar, sehingga menimbulkan panas yang membuat adanya kehancuran yang tak biasa.

3 dari 3 halaman

Infografis Deretan Gempa Terbesar di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir