, New York - Dua pemimpin negara adidaya global China dan Amerika Serikat baru-baru ini menggelar pertemuan secara virtual. Sejumlah isu mereka angkat dalam momen tersebut, mulai dari perdagangan, teknologi, situasi Taiwan, dan hak asasi manusia.
Mengutip DW Indonesia, Rabu (17/11/2021), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kepada Presiden China Xi Jinping bahwa dia berharap untuk melakukan percakapan yang jujur tentang hak asasi manusia dan masalah keamanan. Hai ini disampaikan ketika keduanya bertemu secara virtual pada Senin 15 November malam waktu AS atau Selasa 16 November pagi waktu Indonesia. Tujuan pertemuan ini dimaksudkan untuk menurunkan ketegangan antara dua negara adidaya global ini.
"Mungkin saya harus memulai lebih formal, meskipun Anda dan saya tidak pernah seformal itu satu sama lain," kata Joe Biden kepada Xi Jinping dalam pembicaraan paling ekstensif sejak Biden menjabat presiden pada awal tahun ini.
Advertisement
Baca Juga
Kedua pemimpin ini pernah melakukan perjalanan bersama ketika keduanya masih menjabat sebagai wakil presiden dan saling mengenal dengan baik.
"Saya sangat senang bertemu teman lama saya,” kata Xi kepada Biden.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri China atas pertemuan ini, Xi menekankan bahwa hubungan China-AS yang "sehat dan stabil" diperlukan untuk "memajukan perkembangan kedua negara dan untuk menjaga lingkungan internasional yang damai dan stabil".
"China dan AS harus saling menghormati, hidup berdampingan dalam damai, dan mengupayakan kerja sama yang saling menguntungkan," kata Xi Jinping.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menangani Isu HAM dan Kawasan Indo-Pasifik, Termasuk Taiwan di Dalamnya
Biden mengatakan bahwa kedua pemimpin harus memastikan hubungan mereka tidak mengarah ke konflik terbuka. Dia pun berjanji untuk menangani bidang-bidang yang menjadi perhatian Washington, termasuk hak asasi manusia dan isu-isu lain di kawasan Indo-Pasifik.
Setelah sambutan pembukaan, Biden dan Xi memulai pembicaraan pribadi tentang berbagai masalah pelik yang telah meningkatkan ketegangan antara kedua belah pihak.
AS dan China, ekonomi terbesar di dunia, kerap berseberangan terhadap sejumlah masalah, termasuk penanganan pandemi COVID-19, perdagangan, teknologi dan persyaratan kompetisi, sikap Beijing di Laut China Selatan dan terhadap Taiwan, serta pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong dan Xinjiang.
Taiwan jadi Agenda Utama
Sebelumnya para pejabat China mengatakan Taiwan akan menjadi isu utama dalam pembicaraan tersebut.
Beijing memandang Taiwan sebagai sebagai provinsi China yang memisahkan diri dari China daratan. Beijing pun berupaya untuk mengendalikan Taiwan dengan segala cara, bahkan dengan kekerasan jika perlu.
China telah mengirim semakin banyak jet tempurnya di Selat Taiwan, berkontribusi pada ketegangan yang semakin meningkat dan dikhawatirkan memicu konflik militer yang tidak diinginkan.
"Masalah Taiwan menyangkut kedaulatan dan integritas teritorial China, serta kepentingan utama China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Senin (15/11). "Ini adalah masalah paling penting dan sensitif dalam hubungan China-AS."
Dalam menghadapi apa yang digambarkan Washington sebagai agresi China, AS telah berulang kali mengisyaratkan dukungannya untuk Taiwan. Tetapi Washington berhati-hati untuk tidak menunjukkan bahwa mereka mengakui Taiwan, meskipun tindakan Kongres yang disahkan pada 1979 mengharuskan AS untuk menyediakan senjata ke Taiwan untuk pertahanan diri.
Gedung Putih mengatakan Biden akan mematuhi kebijakan lama AS "Satu China", yang mengakui Beijing tetapi memungkinkan hubungan informal dan hubungan pertahanan dengan Taipei.
Advertisement