Sukses

PM Lee Ungkap Cara Singapura Hadapi COVID-19, Genjot Vaksinasi hingga Hidup Bersama Virus

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong membuka diri kembali di tengah pandemi COVID-19. Ini jurus yang diambil.

Liputan6.com, Singapura - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyatakan negaranya secara bertahap telah melonggarkan langkah-langkah keamanan terkait infeksi COVID-19. Selain itu, ia tetap memastikan situasi agar stabil di setiap langkah untuk menghindari perubahan rencana yang bisa meresahkan rakyat.

"Apa yang saya coba lakukan adalah sedikit santai, memastikan semuanya stabil, sedikit lebih tenang, memastikan semuanya stabil lagi dan sedikit lebih tenang," kata PM Lee di Forum Ekonomi Baru Bloomberg dalam sesi wawancara dengan Pemimpin Redaksi Bloomberg John Micklethwait di Singapura, seperti dikutip dari situs Business Standard, Kamis (18/11/2021).

"Dan pada akhirnya mungkin tidak akan kembali ke status quo ante (mengacu ke keadaan seperti sebelum pandemi COVID-19) tetapi cukup dekat, dan tanpa harus membuat putaran balik yang meresahkan," imbuh PM Lee Hsien Loong.

PM Lee mengatakan, penduduk Singapura akan "frustrasi (dan) kecewa" jika negara itu terbuka hanya untuk memperketat tindakan lagi ketika kasus-kasus COVID-19 terus bertambah, dan mungkin juga ada "harga manusia" yang harus dibayar.

"Saya pikir lebih baik kita melakukannya selangkah demi selangkah. Saya tidak sepenuhnya yakin bahwa saya dapat melakukan ini tanpa salah langkah, saya mungkin harus menginjak rem lagi dari waktu ke waktu, tetapi itulah strategi saya," The Channel News Asia mengutip perkataan Lee.

Namun, ketika virus bermutasi dan sains berkembang, ujar Lee, Singapura harus "mengubah arah" dari membasmi Virus Corona COVID-19 menjadi hidup dengannya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Meyakinkan Orang untuk Menerima Kondisi Pandemi COVID-19

Forum yang dihadiri PM Lee ini adalah salah satu contoh pelonggaran yang dilakukan Singapura, yang memungkinkan untuk mengadakan acara berskala besar dengan lebih dari 300 delegasi dari 51 negara menghadirinya secara langsung di hotel Capella di Sentosa.

"Kami harus membawa penduduk dan meyakinkan orang-orang bahwa sekarang kami perlu menerima beberapa ribu kasus sehari. Kami akan mencoba yang terbaik tetapi akan ada korban dan sebagian besar orang tua yang tidak bisa melewatinya," beber Lee.

Ketika ditanya apakah Singapura mengizinkan 61.000 manula yang tetap tidak vaksinasi COVID-19 menjegal langkah pembukaan negaranya, Lee berkata, "61.000 orang itu memiliki lebih dari 61.000 kerabat dan teman dan orang-orang tersayang. Jika Anda hanya menghapus mereka, saya rasa Anda tidak dapat melakukannya."

Menurut Kementerian Kesehatan Singapura pada Rabu 17 November, di negara tersebut tercatat 3.320 kasus Virus Corona COVID-19 dari masyarakat dan 144 infeksi dari asrama pekerja migran serta 10 kasus impor dan tujuh kematian.

Dengan demikian, secara nasional telah mencapai 244.815 kasus dan 619 kematian.

Sejauh ini Singapura telah mendorong strategi endemik hidup dengan virus, meskipun pendekatan itu telah dirusak dengan beberapa bulan pembatasan stop-start di tengah meningkatnya infeksi.

Negara kepulauan yang bergantung pada perdagangan itu juga lebih melonggarkan kontrol perbatasannya dalam upaya untuk memantapkan kembali dirinya sebagai salah satu pusat penerbangan utama dunia. Pada hari Senin, pemerintah mengumumkan bahwa mereka membuka lima negara lagi di bawah jalur perjalanan yang divaksinasi, sehingga penghitungannya menjadi 21 negara. Salah satunya Indonesia.

Melalui skema vaccinated travel lane (VTL), pengunjung dengan riwayat dari Indonesia termasuk WNI dapat masuk ke Singapura hanya dengan bukti tes PCR.  VTL unilateral Singapura ini akan mulai berlaku 29 November 2021. 

3 dari 3 halaman

Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi