Liputan6.com, Jakarta - Xinjiang adalah daerah otonom etnik minoritas di China, sepanjang sejarahnya telah menjadi daerah di mana banyak etnik hidup bersama, serta banyak budaya dan banyak agama hidup berdampingan. Kawasan tersebut kerap menjadi sorotan dunia.
"Dalam beberapa dekade terakhir, Xinjiang telah mewujudkan pencapaian besar dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Berbagai program di bidang etnik, agama, dan kebudayaan juga telah mengalami perkembangan pesat," ujar Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian dalam keterangannya pada konferensi pers virtual Kamis 18 November 2021 yang mengusung tema “Xinjiang Tempat yang Bagus”.
Baca Juga
Dalam kesempatan tersebut, Dubes Xiao Qian mengungkapkan bahwa sejatinaya Xinjiang juga mengalami penderitaan mendalam akibat separatisme, ekstremisme, kekerasan, dan terorisme.
Advertisement
"Xinjiang telah mengadopsi tindakan keras berdasar hukum untuk mencegah dan memberantas terorisme dan ekstremisme, demi semaksimal mungkin melindungi hak-hak asasi segenap rakyatnya dari gangguan terorisme dan ekstremisme," jelasnya.
Berbagai masalah terkait Xinjiang, imbuh Dubes Xiao Qian, pada dasarnya adalah masalah anti-separatisme, anti-kekerasan, anti-terorisme, dan deradikalisasi; sama sekali bukan masalah HAM, etnik, ataupun agama.
"Namun segelintir negara Barat telah merekayasa kebohongan terkait Xinjiang, dengan tujuan menyesatkan masyarakat internasional dan menghambat kemajuan China," ucapnya.
Dalam beberapa ratus tahun terakhir, negara-negara Barat telah menggunakan keunggulan ekonomi dan teknologi mereka untuk menjarah dan menjajah banyak negara berkembang dalam jangka panjang. Seiring dengan kemerdekaan dan kemajuan yang berkelanjutan di negara-negara berkembang, negara-negara Barat mulai khawatir kepentingan mereka sendiri akan terganggu.
"Karena itu, mereka mengupayakan segala cara untuk menghambat kemajuan negara-negara berkembang, dengan menggunakan “kedok” seperti HAM, demokrasi, dan lain-lain. Mereka sama sekali tidak layak untuk “menggurui” negara-negara berkembang."
Dalam kesempatan tersebut, Dubes Xiao Qian mengatakan sebagai sesama negara berkembang, Tiongkok dan Indonesia sama-sama memiliki sejarah pahit penjajahan dan penjarahan di bawah kolonialisme Barat.
"Tiongkok dan Indonesia perlu berteguh dalam mendukung satu sama lain dalam isu anti-terorisme dan anti-separatisme; berkoordinasi dan bekerja sama erat dalam urusan internasional dan regional; serta bersama melindungi kedaulatan nasional, keamanan nasional, dan kepentingan bersama negara-negara berkembang."
'Tiongkok juga merupakan sahabat yang tulus bagi Indonesia dan dunia Islam yang lebih luas, dengan sejarah panjang pertukaran dan pembelajaran timbal balik di bidang agama dan sosial budaya antara kedua pihak. Banyak teman dari Indonesia mengunjungi Tiongkok untuk berkomunikasi dengan para cendekiawan Muslim Tiongkok dan masyarakat umum di sana," papar Dubes Xiao Qian.
"Interaksi bidang keagamaan berlangsung dengan frekuensi tinggi. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia membina kontak luas dengan komunitas Muslim Xinjiang. Organisasi Islam arus utama Indonesia juga telah banyak kali mengirimkan delegasi untuk mengunjungi Xinjiang," timpal Tohti Yaqup, Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Daerah Otonom Xinjiang.
Atas dasar itu, Dubes Xiao Qian pun menyatakan bahwa negaranya menyambut lebih banyak sahabat-sahabat Indonesia dari berbagai kalangan untuk mengunjungi Xinjiang kelak setelah pandemi COVID-19 terkendali, demi menyaksikan sendiri bagaimana perkembangan dan perubahan yang terjadi di sana.
"Xinjiang dan Indonesia, meskipun terpisah ribuan gunung dan samudra, hubungan kontak dan kerja sama antara keduanya telah terjalin teramat erat," ujar Yaqup.
Menurut Yaqup, Indonesia adalah lokasi dicetuskannya gagasan “Jalur Sutra Maritim Abad Ke-21”, sedangkan Xinjiang merupakan wilayah inti dari “Sabuk Ekonomi Jalur Sutra”. Kedua tempat yang berjauhan ini saling bertautan dan memperkuat satu sama lain di bawah “Inisiatif Sabuk dan Jalan”.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hubungan Baik RI-China Saat Pandemi COVID-19, Infrastruktur hingga Vaksin COVID-19
Saat ini pandemi COVID-19 masih berkecamuk, kendati demikian pemerintah China dan Indonesia tetap menjalin hubungan baik antar kedua negara. Bahkan saling membantu.
"Tiongkok dan Indonesia adalah tetangga yang baik, sahabat yang baik, dan mitra yang baik. Sejak merebaknya pandemi, kedua negara telah saling membantu dan bekerja sama untuk menangani pandemi, serta menorehkan babak baru dalam persahabatan antara kedua negara. Hubungan kemitraan strategis komprehensif di antara kedua negara juga berkembang sangat pesat," ujar Dubes Xiao Qian.
Dubes Xiao Qian pun membeberkan sejumlah hal yang dilakukan antara negaranya dengan Indonesia semasa pandemi COVID-19.
"Pertama, kepercayaan politik timbal balik antara kedua negara telah mencapai puncak yang baru. April tahun ini, Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo telah melakukan kontak telepon untuk kali keempat sejak merebaknya pandemi, dan memberikan panduan politis yang kuat bagi kerja sama bilateral di bidang penanganan pandemi dan pembangunan nasional," katanya.
Bulan Juni lalu, sambungnya, pertemuan perdana Mekanisme Dialog dan Kerja Sama Tingkat Tinggi Tiongkok-Indonesia telah sukses terselenggara. Dalam pertemuan itu, kedua pihak bersepakat membangun komunitas masa depan bersama Tiongkok-Indonesia, serta meningkatkan level kerja sama bilateral yang semula terdiri atas tiga pilar utama—politik, ekonomi, dan sosial-budaya—menjadi empat pilar: politik, ekonomi, sosial-budaya, dan maritim. Ini menciptakan peluang baru bagi pengembangan hubungan bilateral.
"Yang kedua, terlepas dari berbagai rintangan yang dihadapi, hubungan kerja sama ekonomi perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia terus bertumbuh. Tiongkok mempertahankan posisi sebagai mitra dagang terbesar dan sumber investasi terbesar kedua bagi Indonesia. Kedua pihak terus meningkatkan penyelarasan strategi pembangunan nasional di antara kedua negara," tuturnya.
Dubes Xiao Qian mengatakan, proses pembebasan lahan untuk proyek ikonis Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah diselesaikan, proyek konstruksi pada jalur itu telah rampung 90 persen lebih, sebanyak 10 dari 13 terowongan telah tersambung, dan diharapkan pada akhir tahun depan sudah bisa beroperasi. Kemajuan juga terus dicapai dalam proyek-proyek utama, termasuk “Koridor Ekonomi Komprehensif Regional” dan “Taman Kembar Dua Negara”.
"Ketiga, kerja sama vaksin antara Tiongkok dan Indonesia menjadi unggulan dalam hubungan bilateral. Hingga awal November, Sinovac dan Sinopharm telah menyediakan vaksin kepada Indonesia sebanyak 41 gelombang dengan total 247 juta dosis, yang merupakan 80 persen dari total vaksin di Indonesia, sehingga membantu Indonesia dalam melaksanakan program vaksinasi nasional secara masif."
Sejauh ini lima perusahaan vaksin Tiongkok sedang mengembangkan berbagai saluran untuk bekerja sama dengan Indonesia pada seluruh rantai industri vaksin. Selain itu pemerintah Negeri Tirai Bambu itu juga aktif mendukung Indonesia dalam membangun pusat produksi vaksin regional.
"Kerja sama vaksin antara Tiongkok dan Indonesia senantiasa menjadi yang terkemuka di antara negara-negara kawasan," ujar Dubes Xiao Qian.
Menurutnya, situasi internasional dan regional pada saat ini sangat kompleks dan bergejolak, dengan faktor ketidakstabilan dan ketidakpastian yang terus meningkat. Walaupun demikian, arah umum perkembangan hubungan Tiongkok-Indonesia tidak akan pernah berubah.
Tiongkok memandang penting pengembangan hubungan dengan Indonesia, dan bersedia bekerja sama dengan Indonesia untuk terus memperkaya kandungan hubungan kemitraan strategis komprehensif bilateral, sehingga dapat membawa manfaat yang lebih besar bagi kedua negara beserta segenap rakyatnya, dan berkontribusi bagi pemeliharaan perdamaian dan pertumbuhan di kawasan maupun dunia.
Advertisement