Sukses

Bentrok Polisi Vs Pendemo Anti-Kekerasan Perempuan Meksiko-Turki, Gas Air Mata hingga Bom Asap Dilempar

Bentrokan polisi terjadi dalam aksi unjuk rasa di Turki dan Meksiko terkait penghentian kekerasan terhadap perempuan.

Liputan6.com, Istanbul - Polisi anti kerusuhan di Turki dan Meksiko telah menembakkan gas air mata dan bom asap ke pengunjuk rasa yang menyerukan "akhir kekerasan terhadap perempuan."

Ribuan pengunjuk rasa berbaris untuk menandai hari internasional penghapusan serangan berbasis gender. Namun bentrokan pecah dengan pasukan keamanan di kota Istanbul, Turki.

Dan di Mexico City, polisi menembakkan bom asap ke sekelompok kecil pengunjuk rasa yang menggunakan palu untuk mencoba merebut perisai mereka (polisi).

Meneriakkan "Tidak seorang (wanita) pun yang kurang," pengunjuk rasa banyak berkumpul di ibu kota Meksiko untuk menuntut diakhirinya femisida, pembunuhan disengaja terhadap perempuan karena jenis kelamin mereka.

Setidaknya 10 wanita dan anak perempuan dibunuh setiap hari di negara Amerika Latin itu. "Femisida Meksiko! Mereka membunuh kita!" teriak seorang wanita saat berkelahi dengan polisi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Bentrok di Turki

Media lokal melaporkan, beberapa demonstran berkerudung melemparkan botol, batu dan suar ke arah polisi. Tujuh belas orang, termasuk 10 polisi wanita terluka selama pawai berlangsung.

Sementara itu, demonstrasi di Taksim Square Istanbul terjadi hanya beberapa bulan setelah Turki menarik diri dari perjanjian internasional yang bertujuan melindungi perempuan.

Polisi bentrok dengan pengunjuk rasa saat mereka mendesak untuk membubarkan diri dari daerah tersebut.

Banyak demonstran yang memegang spanduk sementara yang lain menyerukan pemerintah untuk mengundurkan diri karena penarikannya dari Konvensi Istanbul pada bulan Juni.

3 dari 4 halaman

345 Wanita Terbunuh Sepanjang Tahun

Beberapa pihak di partai Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berpendapat bahwa perjanjian itu tidak sesuai dengan nilai-nilai konservatif Turki. Erdogan mengatakan bahwa Turki akan menggunakan hukum setempat untuk melindungi perempuan.

"Perempuan dibunuh, mereka dibunuh di depan umum. Mulai Juni, kami mulai menjauh dari jaminan yang melindungi kami. Kami tidak menerima ini dan kami akan terus berjuang."

Menurut kelompok hak asasi di Turki, 345 wanita telah terbunuh sepanjang tahun ini.

Penulis : Azarine Natazia

 

 

 

4 dari 4 halaman

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia