Liputan6.com, Jakarta - Penelitian yang diterbitkan jurnal Science Advances menunjukkan bahwa Samudra Arktik telah memanas sejak awal abad ke-20. Hal ini dipicu oleh proses yang dikenal sebagai atlantifikasi.
Dilansir UPI, Jumat (26/11/21), sebuah penelitian menyoroti hubungan antara Atlantik Utara dan Arktik antara Greenland dan Svalbard, sebuah wilayah yang dikenal sebagai Selat Fram. Air di wilayah selatan yang lebih hangat dan asin terus menyusup ke perairan utara.
Advertisement
Baca Juga
"Menentukan waktu yang tepat dari permulaan Atlantifikasi di Kutub Utara dapat memberi kita beberapa petunjuk penting tentang mekanisme penggerak yang tepat di balik fenomena ini," ungkap Francesco Muschitiello.
Para ilmuwan akan membandingkan sejarah perubahan iklim di Kutub Utara dengan perubahan vulkanisme, aktivitas matahari, air tawar, gas rumah kaca, aerosol pada garis waktu pemanasan arktik yang lebih tepat.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Memanas Dua Kali Lipat
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mencatat perubahan pola iklim Arktik. Atmosfer dan lautan di dekat kutub memanas dengan kecepatan dua kali lipat rata-rata global, air laut terus bertambah asin dan es laut tetap surut.
"Ada beberapa perdebatan yang sedang berlangsung di komunitas kami mengenai apa yang mendorong mundurnya es laut yang cepat baru-baru ini di bagian Atlantik Arktik," kata ilmuwan iklim Michael Tsamados.
"Beberapa pandangan baru-baru ini adalah bahwa sebagian besar variabilitas didorong oleh atmosfer, dengan angin dan suhu yang mendorong variabilitas es laut yang pada gilirannya mempengaruhi suhu laut," tambah Tsamados.
Untuk mengetahui dengan tepat kapan dan bagaimana Samudra Arktik mulai memanas pada tingkat yang dipercepat, para peneliti mempelajari perubahan kimia dalam cangkang fosil mikroorganisme dari sedimen laut.
Advertisement
Perubahan Iklim
Sejak 800 tahun yang lalu para peneliti mencatat suhu dan salinitas Samudra Arktik relatif stabil. Tetapi tanda-tanda geokimia mulai bergeser sekitar awal abad ke-20, menunjukkan peningkatan suhu dan salinitas yang signifikan.
Ketika para ilmuwan membandingkan garis waktu pemanasan yang diperbarui dengan catatan sirkulasi laut di garis lintang yang lebih rendah, mereka menemukan bahwa pergeseran tersebut terkait dengan perlambatan pembentukan air padat di Laut Labrador.
Para ilmuwan memperkirakan sirkulasi air dalam di wilayah subkutub ini melambat saat planet menghangat dan perbedaan suhu antara wilayah kutub dan lintang tengah menurun. Akibatnya, para peneliti memprediksi perubahan iklim akan terus memacu Atlantifikasi di Samudra Arktik.
Â
Penulis: Alicia Salsabila