Liputan6.com, Seoul - Pada Sabtu (27/11/2021), Korea Selatan kembali mencatat lebih dari 4.000 kasus dalam sehari. Angka pasien kritis juga naik.
Lonjakan kasus ini terjadi di bulan pertama skema hidup bersama COVID-19 yang dijagokan oleh Presiden Moon Jae-in.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Korsel, ada total 4.068 kasus baru. Sebanyak 634 pasien termasuk kasus parah, dan ada 52 yang meninggal.
Pada 24 November kemarin, kasus virus corona di Korsel juga mencapai 4.115, lalu turun ke kisaran 3.000 kasus.
Totalnya, ada 436 ribu kasus di Korsel dan 3.492 meninggal dunia.
Dalam sepekan, rata-rata ada 3.523 kasus baru.
Korsel rencananya masuk tahap kedua hidup normal pada pertengahan Desember nanti. Namun, sebelumnya pakar kesehatan sudah sanksi terhadap langkah tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Waspada, Varian Baru dari Afsel
COVID-19 varian B.1.1.529 yang baru-baru ini ditemukan di Afrika Selatan tengah diteliti dan akan terus dievaluasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO menyarankan seluruh negara untuk melakukan hal-hal berikut:
- Meningkatkan upaya pengawasan dan pengurutan untuk lebih memahami varian SARS-CoV-2 yang beredar.
- Mengirimkan urutan genom lengkap dan metadata terkait ke database yang tersedia untuk umum, seperti Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID).
- Melaporkan kasus atau klaster awal yang terkait dengan infeksi variant of concern (VOC) atau varian yang sangat diwaspadai ke WHO melalui mekanisme International Health Regulations (IHR). WHO sendiri telah menetapkan varian B.1.1.529 sebagai VOC.
-Jika ada kapasitas dan berkoordinasi dengan komunitas internasional, lakukan investigasi lapangan dan penilaian laboratorium untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak potensial VOC.
-Individu diingatkan agar mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko COVID-19. Diantaranya dengan mengenakan masker yang pas, kebersihan tangan, menjaga jarak fisik. Selain itu, meningkatkan ventilasi ruang dalam ruangan, menghindari ruang ramai, dan mendapatkan vaksinasi.
“Ini mencakup epidemiologi COVID-19, tingkat keparahan, efektivitas tindakan kesehatan masyarakat dan sosial, metode diagnostik, respons imun, netralisasi antibodi, atau karakteristik lain yang relevan,” mengutip keterangan pers WHO.
Advertisement