Sukses

Pentagon Kembali Selidiki Serangan Udara Suriah Tahun 2019

Adanya dugaan bahwa militer AS menyembunyikan insiden perang Suriah.

Liputan6.com, Airlington - Pentagon meluncurkan penyelidikan baru pada Senin 30 November atas serangan udara 2019 yang menewaskan warga sipil di Suriah, dua minggu setelah penyelidikan New York Times mengklaim militer AS menyembunyikan puluhan kematian non-pertempur. 

Menteri Pertahanan, Lloyd Austin menginstruksikan Jenderal Angkatan Darat, Michael Garrett untuk meninjau laporan penyelidikan yang telah dilakukan terhadap insiden itu dan melakukan penyelidikan lebih lanjut atas fakta dan keadaan yang terkait dengan itu, kata juru bicara Pentagon, John Kirby.

Tinjauan tiga bulan Michael akan menilai "korban sipil yang dihasilkan dari insiden itu, kepatuhan terhadap hukum perang, pencatatan dan prosedur pelaporan," tambah John.

Tinjauan itu juga akan menyelidiki apakah tindakan yang diambil dalam penyelidikan sebelumnya efektif, jika langkah-langkah akuntabilitas, prosedur atau prosesnya harus diubah, seperti dilansir dari Global Times, Selasa (1/12/2021)

Menurut investigasi Times yang diterbitkan pada pertengahan November, pasukan khusus AS yang beroperasi di Suriah mengebom sekelompok warga sipil tiga kali pada 18 Maret 2019, di dekat benteng Negara Islam (ISIS) Baghouz, menewaskan 70 orang, di antaranya wanita dan anak-anak.

Laporan Times mengatakan seorang pejabat hukum AS menandai serangan itu sebagai kemungkinan kejahatan perang, tetapi hampir setiap langkah, militer membuat gerakan yang menyembunyikan serangan bencana itu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Serangan Terbesar Melawan Negara Islam

Times menemukan serangan itu adalah salah satu insiden korban sipil terbesar dalam perang melawan Negara Islam, tetapi tidak pernah diakui secara terbuka oleh militer AS.

"Jumlah korban tewas diremehkan. Laporan ditunda, dibersihkan dan dirahasiakan. Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat melibas lokasi ledakan. Para pemimpin tertinggi tidak diberitahu," kata laporan itu.  Temuan penyelidikan Pentagon dihentikan dan dilucuti, menyebutkan adanya pemogokan.

Lalu, penyelidikan awal oleh Komando Pusat Angkatan Darat AS atas insiden tersebut, menemukan bahwa serangan itu serangan bela diri, proporsional dan langkah-langkah yang diambil mengecualikan kehadiran warga sipil.

Koalisi pimpinan AS dan sekutu pimpinan Kurdi mengumumkan kekalahan proto-negara ISIS, yang dikenal sebagai kekhalifahan, pada akhir Maret 2019 setelah mengatasi perlawanan jihadis terakhir di Baghouz.

 

Reporter: Cindy Damara

3 dari 3 halaman

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin?