Sukses

Varian Omicron Merebak, Xi Jinping Bakal Kirim 1 M Dosis Vaksin COVID-19 ke Afrika

Di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penyebaran varian baru COVID-19 Omicron yang pertama kali diidentifikasi dari Afrika Selatan, China menyatakan akan mengirimkan 1 miliar dosis vaksin ke sana.

Liputan6.com, Beijing - China akan mengirimkan 1 miliar dosis vaksin COVID-19 lagi ke Afrika dan mendorong perusahaan China untuk berinvestasi tidak kurang dari US$10 miliar di benua itu selama tiga tahun ke depan, kata Presiden Xi Jinping.

Negara tersebut telah memasok hampir 200 juta dosis vaksin buatan China ke Afrika, di mana tingkat vaksinasi telah tertinggal di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penyebaran varian baru Omicron yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.

"600 juta dosis akan menjadi sumbangan dan 400 juta dosis akan diberikan melalui cara lain seperti produksi bersama oleh perusahaan China dan negara-negara Afrika yang relevan. China juga akan membangun 10 proyek kesehatan di Afrika dan mengirimkan 1.500 ahli kesehatan," kata Xi Jinping seperti dikutip dari SMH.co.au, Rabu (1/12/2021).

Dalam pidato melalui tautan video pada pembukaan Forum Kerjasama China-Afrika, Xi mengatakan China-Africa cross-border yuan centre akan didirikan untuk memberi lembaga keuangan Afrika batas kredit sebesar US$10 miliar, tanpa memberikan informasi lebih lanjut.

"China akan memberikan US$10 miliar pembiayaan perdagangan untuk mendukung ekspor Afrika, menciptakan zona untuk perdagangan dan kerjasama ekonomi dan membangun kawasan industri China-Afrika," tuturnya lagi.

Varian Omicron yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan tengah jadi perhatian global. Sejumlah negara bahkan sampai menutup pintu dari warga negara tersebut. 

Sebut saja Inggris, UE, dan AS termasuk di antara mereka yang memberlakukan larangan perjalanan. Varian Omicron bahkan telah digolongkan sebagai "varian perhatian" oleh WHO.

Bantuan China di Tengah Kritik Membebani Negara Lain dengan Utang

Pengumuman itu mengemuka di tengah kritik terhadap kesepakatan infrastruktur-untuk-komoditas China yang menurut beberapa ahli membebani negara-negara dengan utang yang tidak berkelanjutan. Republik Demokratik Kongo saat ini sedang meninjau kesepakatan senilai US$6 miliar dengan investor China, atas kekhawatiran bahwa itu tidak cukup menguntungkan bagi Kongo.

The Belt and Road Initiative, di mana lembaga-lembaga China membiayai infrastruktur utama di negara-negara berkembang terutama, telah melambat: pembiayaan bank China untuk proyek-proyek infrastruktur di Afrika turun dari US$11 miliar pada 2017 menjadi US$3,3 miliar pada 2020, menurut sebuah laporan oleh firma hukum internasional Baker McKenzie.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan selama tur empat negara di kawasan itu pekan lalu bahwa Washington mendorong kesepakatan yang lebih bersih tanpa utang yang tidak berkelanjutan.

Impor China dari Afrika, salah satu sumber utama minyak mentah dan mineral, akan mencapai US$300 miliar dalam tiga tahun ke depan, kata Xi, seraya menambahkan bahwa kedua belah pihak akan bekerja sama di bidang-bidang seperti kesehatan, inovasi digital, promosi perdagangan dan pengembangan hijau.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Presiden Afrika Selatan Berterimakasih ke China

Sementara itu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, juga berbicara melalui tautan video, berterima kasih kepada China atas dukungannya dan mengatakan ekonomi Afrika harus dapat memproduksi vaksin COVID-19.

Diskusi di Organisasi Perdagangan Dunia tentang pengabaian TRIPS sementara untuk membuat vaksin dan perawatan COVID-19 tersedia untuk semua perlu diselesaikan, katanya, sambil mengkritik pembatasan perjalanan yang diberlakukan di Afrika Selatan.

3 dari 3 halaman

Infografis Omicron Menyebar dari Afrika Selatan