Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah dalam persiapan untuk menyelenggarakan KTT G20.Â
Menjelang KTT tersebut diselenggarakan tahun depan, pertemuan Sherpa pertama telah diselenggarakan pada 7-8 Desember 2021.
Baca Juga
Menlu Retno menyampaikan bahwa fokus dari pertemuan sherpa yang pertama ini adalah membahas mengenai mekanisme kerja ke depan dan mulai membahas arah pembahasan agenda G20 setahun ke depan.
Advertisement
"Jadi pertemuan ini sangat penting artinya karena akan set the tone untuk mekanisme kerja atau cara kerja dan hasil dari keketuaan Indonesia selama satu tahun ini," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers virtual bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Selaa (7/12/2021).
Pertemuan Sherpa dilakukan secara hybrid dan dihadiri oleh 38 delegasi, terdiri dari 19 anggota G20, 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional. Sebanyak 23 delegasi hadir secara in-person, dan sisanya secara virtual.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prinsip Inklusivitas
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, G20 mengundang negara-negara pulau kecil dari Pasifik dan Karibia, di samping negara berkembang lain dari Afrika, ASEAN, dan Amerika Latin.
Negara-negara Karibia diwakili oleh Ketua Caribbean Community (Caricom), yang saat ini dipegang oleh Antigua dan Barbuda.
Negara-negara Pasifik diwakili oleh Ketua Pacific Islands Forum (PIF), yang saat ini dipegang oleh Fiji.
"Kita juga mengundang sejumlah organisasi internasional seperti IMF, ILO, ADB, WHO, World Bank, dan WTO," tambah Menlu Retno dalam konferensi pers virtual tersebut.Â
Secara khusus, Indonesia juga mengundang Direktur Jenderal World Health Organization (WHO), Dr. Tedros Adhanom, yang hadir secara virtual, sementara Managing Director Bank Dunia, yaitu Ibu Mari Elka Pangestu, hadir secara fisik.
Advertisement
Presidensi G20 Indonesia
Indonesia mengemban tanggung jawab besar dalam menyelenggarakan KTT G20 lantaran espektasi dunia terhadap G20 sangat besar agar dapat memimpin pemulihan global menghasilkan solusi yang konkret.Â
"Dari sejak keketuaan Indonesia di G20, Presiden Jokowi selalu menekankan pentingnya kerja G20 membawa manfaat bagi semua dari barat ke timur, utara selatan, kecil dan besar," jelas Menlu Retno.
Dengan demikian, G20 tidak memiliki alternatif kecuali mengambil tanggung jawab agar dapat menghasilkan deliverables yang konkret untuk menjawab tantangan global, dari pandemi, lingkungan, sampai ke isu pencapaian SDGs.
"Saya sampaikan bahwa G20 harus menjadi katalis bagi pemulihan global yang kuat, inklusif dan sustainable. Oleh karena itu, saya sampaikan bahwa isu inclusiveness ini sangat terrefleksi dari tema besar keketuaan Indonesia, yaitu 'recover together, recover stronger'," tambah Menlu Retno lagi.
Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin COVID-19:
Advertisement