Sukses

Pernyataan Mahathir Mohamad Sebut Sumpit Identitas Tionghoa Picu Kritik

Pernyataan soal sumpit yang diungkapkan Mahathir Mohamad menjadi batu sandungan untuk asimilasi Malaysia yang sempurna.

Liputan6.com, Petailing Jaya - Pernyataan mantan perdana menteri Malaysia Dr Mahathir Mohamad baru-baru ini, yang mengutip sumpit sebagai contoh mengapa ada perpecahan di negara tengah jadi sorotan dan memicu kontroversi.

Bagi sebagian besar orang, sumpit adalah peralatan makan yang dibentuk dari dua strip dengan panjang yang sama, biasanya meruncing, dan terbuat dari berbagai macam bahan seperti bambu, plastik logam, atau kayu.

Bagi mantan Perdana Menteri Dr Mahathir Mohamad, sumpit konon adalah batu sandungan untuk asimilasi Malaysia yang sempurna.

"Orang China makan pakai sumpit, tidak makan dengan tangan. Mereka belum mengadopsi cara makan orang Malaysia. Mereka tetap mempertahankan sumpit yang merupakan identitas dari China, bukan Malaysia, dan banyak lagi lainnya," keluhnya dalam peluncuran buku barunya "Capturing Hope: The Struggle Continues for a New Malaysia" seperti dikutip dari The Star.my, Rabu (15/12/2021).

Dalam sebuah pernyataan pada Senin 13 Desember, mantan menteri era PM Mahathir Mohamad Lim Guan Eng mengatakan saran Mahathir bahwa penggunaan sumpit - sebagai lawan menggunakan tangan untuk memberi makan - adalah tanda identitas China "secara faktual salah".

Dia mengatakan bahwa perkakas itu juga merupakan bagian integral dari budaya lain.

“Ini tidak hanya sederhana tetapi juga menyinggung komunitas Tionghoa di Malaysia. Tun (Mahathir) harus diingatkan bahwa tidak hanya China atau Taiwan tetapi negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan dan Vietnam juga menggunakan sumpit,” tambahnya.

Lim menjabat sebagai menteri keuangan di Kabinet Dr Mahathir selama pemerintahan Pakatan Harapan dari 2018 hingga 2020.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Kritik Netizen

Beberapa pengguna di Twitter juga dibuat bingung dengan pernyataan Dr Mahathir.

“Ya, makan dengan sumpit mengakibatkan perpecahan, bukan masalah ras sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari?” pengguna Ashraff bertanya.

“Bagaimana lagi kita bisa makan semangkuk mie panas yang mendidih? Kita tidak bisa menggunakan tangan kita untuk itu, bukan? Jika kita menggunakan garpu, apakah itu berarti kita menerapkan budaya Barat?” kata pengguna Kptan.

Pengguna media sosial lainnya juga mengatakan Dr Mahathir seharusnya menanamkan persatuan bukan perpecahan.

“Keragaman itu penting, ada cara lain untuk berasimilasi. Negara seperti Australia dengan sistem pendidikan tunggal mampu menyatukan semua suku bangsa. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan dan mewakili negara mereka dalam olahraga dan mereka unggul."

"Mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama?", kata pengguna Twitter Arief Amron.

Senada dengan Arief, seorang pengguna bernama Michael mengatakan penggunaan sumpit tidak ada kaitannya dengan politik.

"Menggunakan sumpit adalah (bagian dari) budaya. Orang Jepang dan Korea juga menggunakannya. Juga, ada banyak orang China yang tidak tahu cara menggunakan sumpit. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan politik," kata Arief lagi.

Sebelumnya pada Senin (13 Desember), kandidat pemilihan PKR Sarawak Cherishe Ng juga mengatakan dia tersinggung dengan komentar Dr Mahathir.

"Kami tahu Malaysia adalah negara multi-etnis," kata Cherishe Ng saat meluncurkan manifesto pemilihannya di pusat operasi PKR di Batu Lintang.

“Sebagai orang China, saya merasa terhina dengan komentarnya dan dia seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu.

"Sumpit memiliki warisan 4.000 tahun dan (penggunaannya) sangat umum saat ini," kata Cherishe Ng seraya menambahkan bahwa sumpit juga digunakan oleh beberapa orang Melayu dan Dayak.

Ng juga mengatakan Mahathir seharusnya berbicara tentang integrasi daripada asimilasi.

3 dari 3 halaman

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan COVID-19 Varian Omicron