, Beijing - Akibat kasus COVID-19 meningkat di Kota Xi'an, pemerintah China menerapkan lockdown di kota berpenduduk 13 juta orang tersebut. Per Rabu 22 Desember 2021, Xi'an melaporkan 52 kasus baru COVID-19 yang ditularkan secara lokal dalam 24 jam terakhir.
Menurut laporan kantor berita Reuters pada Kamis 23 Desember 2021, jumlah kasus harian meningkat selama enam hari berturut-turut sejak 17 Desember. Pengumuman lockdown dilaporkan juga memicu kepanikan warga, sehingga mereka memborong barang-barang kebutuhan rumah tangga.
Baca Juga
Media milik Pemerintah China melaporkan semua warga diperintahkan tinggal di rumah, kecuali jika memiliki alasan mendesak. Hanya satu orang dari setiap rumah tangga yang diizinkan keluar setiap dua hari untuk membeli keperluan rumah tangga.
Advertisement
Namun, sejumlah warga mempertanyakan apakah satu orang per keluarga itu akan benar-benar boleh keluar rumah. "Manajemen kompleks perumahan mengatakan kami bisa keluar rumah jika punya hasil tes PCR selama 48 jam terakhir. Tapi bagaimana kami bisa tes kalau tidak bisa keluar?" demikian salah satu unggahan di media sosial Weibo.
"Tidak ada tempat tes di kompleks perumahan! Benar-benar kebijakan yang kontradiktif!" tambahnya seperti dikutip dari ABC Australia, Jumat (24/12/2021).
Warga kota Xi'an, kota tempat ditemukannya ribuan patung terakota, tidak diizinkan meninggalkan kota, kecuali dalam keadaan darurat.
Stasiun bus jarak jauh telah ditutup dan pos pemeriksaan dipasang di jalan raya menuju kota.
Sejumlah besar penerbangan dari bandara Xi'an juga telah dibatalkan.
Semoga Bisa Diatasi dalam Seminggu
Warga Xi'an, Siyu Zhang, mengatakan kepada ABC jika hotel tempat dia biasanya bekerja sekarang digunakan sebagai fasilitas karantina.
Pria berusia 29 tahun itu mengatakan dia berharap wabah itu bisa diatasi dengan cepat.
"Belum jelas kapan karantina wilayah akan berakhir. Ini masih dalam periode wabah dengan puluhan kasus baru setiap hari," kata Siyu.
"Tapi, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kami berharap semoga bisa diatasi dalam seminggu," ujarnya.
Siyu mengaku tidak khawatir dengan kebutuhan sehari-hari karena ada jaminan dari pemerintah.
Namun, karena situasi yang tidak pasti, keluarga Zhang memutuskan untuk tinggal di Xi'an hingga perayaan Tahun Baru Imlek.
China mengadopsi langkah pengendalian pandemi yang ketat, dengan kebijakan "nol penularan", sehingga lockdown COVID-19 dan tes massal sering dilakukan.
Langkah-langkah tersebut semakin ditingkatkan dalam beberapa hari terakhir menjelang dimulainya Olimpiade Musim Dingin yang akan digelar di Beijing pada 4 Februari mendatang.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saya Merasa Hancur
Sejumlah warga yang panik mulai memborong barang di toko, meski pemerintah China menjamin pasokan kebutuhan sehari-hari akan ditambah pada hari ini.
"Saya merasa hancur karena tidak akan bisa pulang kampung untuk merayakan tahun baru," tulis pengguna Weibo, Yi Yan Xian Che."Masalahnya keluarga kami yang terdiri dari tiga orang bergantung pada penghasilan istri saya sebesar RMB2.000 [kurang dari Rp 4,5 juta]Â per bulan untuk bertahan hidup. Bagaimana kami hidup sekarang?" ujar pengguna lainnya.
Banyak pula pengguna jejaring sosial di China yang mempertanyakan kapan lockdown dan pandemi COVID-19 akan berakhir.
Lockdown di Xian menjadi salah satu yang paling ketat sejak Pemerintah China memberlakukannya terhadap 11 juta penduduk Kota Wuhan pada tahun 2020.
Advertisement