Liputan6.com, Canberra - Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan pemerintahannya tak lagi mendanai biaya tes COVID-19 secara gratis.
Morrison mengatakan pada Senin (3/1) bahwa pemerintah federal tidak mampu untuk melanjutkan pengeluaran guna mencegah penyebaran COVID-19 pada tingkat yang sama seperti pada tahun 2020 dan 2021.
Advertisement
Baca Juga
"Kami telah menginvestasikan ratusan miliar dolar untuk membantu Australia melewati krisis ini," katanya kepada stasiun televisi Seven Network, demikian dikutip dari laman Xinhua, Senin (3/1/2022).
"Kita sekarang berada dalam tahap pandemi, di mana Anda tidak bisa membuat semuanya gratis."
Ada laporan luas tentang kenaikan harga Rapid Antigen Test (RAT) di tengah kekurangan pasokan alat tersebut.
Sementara waktu tunggu untuk hasil tes PCR telah meningkat hingga lebih dari 72 jam.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kritik untuk Pemerintah Australia
Anthony Albanese, pemimpin Partai Buruh Oposisi, pada Senin (3/1) meningkatkan kritik terhadap tanggapan pemerintah terhadap wabah Omicron, mengklaim sejumlah kasus di negara tersebut tidak terdiagnosis.
"Dengan persiapan berbulan-bulan, dari pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun, sulit dipercaya pemerintah telah mengatakan kepada orang-orang untuk tidak beperhian dan melakukan tes, tetapi untuk menguji diri mereka sendiri dengan tes antigen cepat tidak tersedia, dan tidak terjangkau," katanya.
"Ini adalah kegagalan kebijakan publik yang belum pernah kita lihat di negara ini sebelumnya."
Australia pada Senin (3/1) pagi melaporkan rekor lebih dari 37.000 infeksi COVID-19 yang didapat secara lokal - lebih banyak dari yang dimiliki negara tersebut sepanjang tahun 2020.
Pada akhir tahun 2021, 94,3 persen warga Australia berusia 16 tahun ke atas telah menerima setidaknya satu dosis vaksin dan 91,3 persen telah diinokulasi penuh.
Advertisement