Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan peningkatan kekuatan militer strategis negara itu saat ia mengamati uji coba rudal hipersonik, kata media pemerintah pada Rabu 12Â Januari 2022.
Secara resmi, Kim Jong-un menghadiri peluncuran rudal untuk pertama kalinya setelah hampir dua tahun absen.
Pada Selasa 11Â Januari 2022 pihak berwenang di Korea Selatan dan Jepang mendeteksi peluncuran rudal yang dicurigai dilakukan oleh negara paling terisolasi dari dunia tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Aksi ini lantas mendapat kecaman oleh pihak berwenang di seluruh dunia dan memicu ekspresi keprihatinan dari sekretaris jenderal PBB, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (12/1/2022).
Uji coba kedua "rudal hipersonik" dalam waktu kurang dari seminggu menggarisbawahi sumpah Tahun Baru Kim untuk memperkuat militer dengan teknologi mutakhir pada saat dialog dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat terhenti.
Setelah menyaksikan tes tersebut, Kim mendesak para ilmuwan militer untuk "lebih mempercepat upaya untuk terus membangun kekuatan militer strategis baik dalam kualitas maupun kuantitas dan lebih jauh memodernisasi tentara", kantor berita KCNA melaporkan.
Ini adalah pertama kalinya sejak Maret 2020 Kim secara resmi menghadiri uji coba rudal.
"Kehadirannya di sini akan mengisyaratkan perhatian khususnya pada program ini," kata Ankit Panda, seorang senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Amerika Serikat, memposting lewat akun Twitter.
Tidak seperti beberapa tes baru-baru ini, surat kabar partai yang berkuasa Rodong Sinmun menerbitkan foto-foto Kim yang menghadiri peluncuran di halaman depannya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Reaksi PBB
Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang semua uji coba rudal balistik dan nuklir Korea Utara dan telah menjatuhkan sanksi atas program tersebut.
Pembicaraan yang bertujuan membujuk Korea Utara untuk menyerah atau membatasi persenjataan senjata nuklir dan misilnya telah terhenti.
Dimana, Pyongyang mengatakan pihaknya terbuka untuk diplomasi tetapi hanya jika Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan sanksi atau latihan militer.
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland menyebut peluncuran itu berbahaya dan tidak stabil.
"Ini jelas membawa kita ke arah yang salah," katanya pada briefing reguler di Washington pada Selasa (11/1).
"Seperti yang Anda ketahui, Amerika Serikat terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara, bahwa kami terbuka untuk berbicara tentang COVID-19 dan dukungan kemanusiaan, dan sebaliknya mereka menembakkan rudal."
Uni Eropa pada Selasa (11/1) mengutuk peluncuran rudal terbaru Korea Utara sebagai "ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional" dan meminta Pyongyang untuk melanjutkan diplomasi.
Advertisement