Liputan6.com, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (12/1) mengatakan varian omicron berada di jalur yang tepat untuk menginfeksi lebih dari separuh orang Eropa. Namun virus tersebut belum dapat dilihat sebagai penyakit endemik seperti flu.
Eropa mencatatkan lebih dari tujuh juta kasus baru yang dilaporkan terjadi pada minggu pertama 2022, lebih dari dua kali lipat selama dua minggu, Direktur WHO Eropa Hans Kluge mengatakan pada konferensi pers, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Advertisement
Baca Juga
"Pada tingkat ini, Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 50 persen populasi di wilayah tersebut akan terinfeksi omicron dalam 6-8 minggu ke depan," kata Kluge, merujuk pada pusat penelitian University of Washington.
Kluge mengatakan lima puluh dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah telah mencatat kasus varian COVID-19 yang lebih menular, demikian dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (12/1/2022).
Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas lebih dari paru-paru, menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada varian sebelumnya.
Namun WHO memperingatkan lebih banyak penelitian masih diperlukan untuk membuktikan hal ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Upaya Lacak COVID-19
Pada Senin (9/1), Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan mungkin sudah waktunya untuk mengubah cara melacak evolusi COVID-19 dengan menggunakan metode yang mirip dengan flu, karena tingkat kematian akibat virus tersebut telah menurun.
Hal itu berarti virus corona diperlakukan sebagai penyakit endemik, bukan pandemi, tanpa mencatat setiap kasus dan tanpa menguji semua orang yang menunjukkan gejala.
Namun itu "terlalu jauh," kata petugas darurat senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, menambahkan bahwa endemisitas membutuhkan transmisi yang stabil dan dapat diprediksi.
"Kami masih memiliki sejumlah besar ketidakpastian dan virus yang berkembang cukup cepat, memberikan tantangan baru. Kami tentu tidak pada titik di mana kami dapat menyebutnya endemik," kata Smallwood.
"Ini mungkin menjadi endemik pada waktunya, tetapi menetapkannya hingga 2022 agak sulit pada tahap ini,” katanya.
Advertisement