, Brussels - Untuk pertama kalinya sejak Juli 2019, Dewan NATO-Rusia (NRC) menggelar rapat pada Rabu 12 Januari 2022 di Brussels, Belgia.
Pembicaraan itu terjadi selama serangkaian pertemuan tingkat tinggi antara pejabat Rusia dan negara-negara Barat ketika ketegangan meningkat atas penumpukan pasukan Rusia di perbatasan dengan Ukraina.
Baca Juga
"Pembicaraan itu menandai saat yang menentukan bagi keamanan Eropa," kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg seperti dikutip dari DW Indonesia, Jumat (14/1/2022).
Advertisement
Stoltenberg juga mengatakan kepada wartawan, pertemuan empat jam yang fokus membahas situasi di dalam dan sekitar Ukraina, adalah pertemuan yang sulit dan "langsung".
"Perbedaan kita tidak akan mudah untuk dijembatani," katanya. "Tapi itu adalah tanda positif bahwa semua 30 sekutu NATO duduk dengan Rusia setelah dua tahun".
Terlepas dari perbedaan mereka, NATO dan Rusia menyatakan perlunya dialog lebih lanjut, khususnya tentang pengendalian senjata dan penyebaran rudal, kata Stoltenberg.
Pejabat NATO dan Rusia juga membahas rencana pembangunan kembali kantor masing-masing di Brussels dan Moskow, tambahnya.
Rusia menangguhkan misinya di NATO Oktober lalu dan menutup kantor aliansi di Moskow. Langkah pembalasan itu menyusul pengusiran diplomat Rusia oleh NATO atas tuduhan spionase.
Utusan Rusia mengangkat poposal keamanan yang diterbitkan bulan lalu, kata Stoltenberg. Proposal itu termasuk tuntutan Rusia untuk berhenti menerima anggota baru ke NATO dan untuk menarik pasukan dari negara-negara bagian timur aliansi itu.
Sekutu NATO menolak tuntutan itu.
Wakil Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman mengatakan, Washington dan sekutu NATO terbuka untuk dialog lebih lanjut dengan Moskow.
"Namun jika Rusia pergi, akan sangat jelas bahwa mereka tidak pernah serius untuk melakukan diplomasi dan itulah sebabnya kami secara kolektif bersiap untuk setiap kemungkinan,” tambahnya.
"Langkah besar keterlibatan bilateral dan multilateral minggu ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat dan sekutu dan mitra kami tidak menyeret kaki kami. Rusialah yang harus membuat pilihan tegas : deeskalasi dan diplomasi atau konfrontasi dan konsekuensi,”
Mengapa Pejabat NATO dan Rusia Bertemu?
Forum NRC dibentuk dua dekade lalu. Namun, pertemuan terhenti ketika Rusia mencaplok Semenanjung Krimea pada 2014 dan hanya terjadi secara sporadis sejak itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, sekutu NATO telah menyuarakan keprihatinan bahwa Rusia bersiap untuk menyerang wilayah Ukraina - mirip dengan pencaplokan semenanjung Krimea pada 2014.
Moskow telah menjamin bahwa NATO tidak akan memperluas lebih jauh ke timur. Rusia juga telah mendorong untuk mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut.
Menjelang pertemuan hari Rabu, NATO mengadakan pembicaraan dengan Ukraina, sedangkan Moskow mengadakan pembicaraan dengan Washington.
Rusia juga akan mengadakan pembicaraan dengan organisasi untuk keamanan dan kerjasama Eropa pada Kamis 13 Januari.
Apa Arti Pertemuan itu bagi Hubungan Rusia-Barat?
Koresponden DW Moskow, Emily Sherwin mengatakan, pembicaraan hari Rabu mewakili "keberhasilan terbatas” untuk Rusia.
"Anda harus ingat bahwa sejak aneksasi Rusia di semenanjung Krimea pada 2014, Rusia pada dasarnya terisolasi di panggung internasional, termasuk di dalam NATO," kata Sherwin.
Nato yang menyatakan kesediaan untuk membangun kembali misi di Moskow dan Brussel, serta menjadwalkan lebih banyak pembicaraan adalah tanda positif bagi Rusia, tambahnya.
Alexandra von Nahmen, kepala biro DW Brussels mengatakan, tidak ada harapan di Brussels untuk terobosan atau solusi krisis dari pembicaraan hari rabu.
"Namun, faktanya semua 30 negara NATO bersatu dengan Rusia sangat signifikan, karena badan dewan NATO-Rusia-yang diciptakan untuk melakukan dialog semacam itu-telah mati selama hampir dua setengah tahun," katanya.
Bagaimana situasi di perbatasan Ukraina?Rusia dituduh mengerahkan 100.000 tentara siap tempur tepat di seberang perbatasan timur Ukraina.
Ukraina telah memerangi pemberontakan pro-Moskow di dua wilayah yang memisahkan diri sejak aneksasi (penyerobotan) Krimea oleh Rusia.
Pada hari Rabu, tentara Ukraina mengatakan bahwa salah satu tentaranya telah tewas dalam pertempuran dengan sepratis pada malam pembicaraan NATO-Rusia. Sejak 2014, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 13.000 orang, menurut pemerintah Ukraina.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Apa yang Dikatakan Rusia?
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko mengatakan, pertemuan itu terbuka dan langsung.
"Kami mendukung solusi damai berdasarkan keseimbangan yang wajar,” katanya setelah pembicaraan.
Grushko menuduh aliansi Barat berusaha untuk "menahan Rusia” dan mendapatkan "superioritas”.
"Saya pikir kami telah berhasil menjelaskan kepada anggota NATO bahwa situasinya menjadi tidak dapat ditoleransi bagi Rusia,” tambahnya.
Grushko juga mengecam kehadiran NATO di negara-negara Eropa Timur. "Ekspansi tidak menyelesaikan masalah keamanan. Perluasan hanya memindahkan garis divisi, bukan menghilangkannya,”
Ditanya tentang penangguhan misi diplomatik Rusia ke NATO, Grushko menyalahkan keputusan itu atas tindakan aliansi yang "tidak bersahabat”. "Jika NATO yang memiliki jalan yang berbeda […] maka saya tidak akan mengesampingkan bahwa misi kami akan dipulihkan,” tambahnya.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Alexander AFomin mengatakan, Moskow telah menawarkan langkah-langkah de-eskalasi kepada NATO, tetapi aliansi itu "mengabaikannya,” menurut kantor berita Rusia Interfax.
Advertisement