Liputan6.com, Nursultan - Kerusuhan di Kazakhstan yang dimulai dengan protes damai pada awal Januari telah menewaskan 225 orang, kata pihak berwenang dalam peningkatan dramatis pada jumlah korban sebelumnya.
“Selama keadaan darurat, 225 korban dikirim ke kamar mayat, 19 di antaranya adalah petugas penegak hukum dan personel militer,” Serik Shalabayev, kepala penuntutan pidana di kantor kejaksaan Kazakhstan, mengatakan pada briefing pada hari Sabtu.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari laman The Guardian, Senin (17/1/2022), yang lainnya adalah “bandit bersenjata yang berpartisipasi dalam serangan teroris”, tambah Shalabayev.
“Sayangnya, warga sipil juga menjadi korban aksi terorisme.”
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dampak Kerusuhan
Bentrokan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa anti-pemerintah di negara bekas Soviet yang kaya energi itu mendorong presiden, Kassym-Jomart Tokayev, untuk mengumumkan keadaan darurat dan meminta bantuan dari blok militer pimpinan Rusia.
Shalabayev mengatakan 50.000 orang bergabung dengan kerusuhan di seluruh negeri pada puncaknya pada 5 Januari, ketika orang banyak menyerbu dan membakar gedung-gedung pemerintah, mobil, bank dan toko-toko di beberapa kota besar.
Kazakhstan sebelumnya mengakui kurang dari 50 korban jiwa, yang terdiri dari 26 “penjahat bersenjata” dan 18 petugas keamanan dari konflik yang mengekspos pertikaian di puncak pemerintahan. Jumlah kematian yang lebih tinggi dari 164 muncul di saluran Telegram resmi minggu lalu tetapi dengan cepat ditarik kembali.
Asel Artakshinova, juru bicara kementerian kesehatan, mengatakan bahwa lebih dari 2.600 orang telah mencari perawatan di rumah sakit, dengan 67 lainnya dalam kondisi serius.
Pihak berwenang di Kazakhstan telah menyalahkan kekerasan pada bandit dan "teroris" internasional yang mereka katakan membajak protes yang melihat pusat kerusuhan bergerak dari barat ke kota terbesar di negara itu, Almaty. Mereka belum memberikan bukti tentang siapa yang diduga bandit dan teroris asing.
Advertisement