Seperti Raja Salman, 4 Politikus Dunia Ini Juga Pernah Diisukan Meninggal

Pada 8 Januari 1992, Headline News nyaris menjadi korban hoax kematian. Seorang pria menelepon HLN dan mengklaim bahwa dia adalah dokter Presiden George HW Bush.

Dia mengklaim Bush meninggal setelah insiden yang dia alami di Tokyo.

Namun, sebelum pembawa berita Don Harrison hendak melaporkan berita tersebut, produser eksekutif Roger Bahre, yang berada di luar kamera, langsung berteriak, "Tidak! Berhenti!" 

Ternyata seorang karyawan CNN memasukkan informasi tersebut ke dalam komputer terpusat yang digunakan oleh CNN dan Headline News, dan hampir mengudara sebelum dapat diverifikasi.

Pelaku hoaks ini kemudian diidentifikasi sebagai James Edward Smith dari Idaho, yang diinterogasi oleh Secret Servicedan kemudian dikirim ke fasilitas medis untuk evaluasi. 

Pada 18 Maret 2015, sebuah situs palsu yang melaporkan kematian Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama Singapura.

Lee masih hidup pada saat itu, tetapi meninggal pada 23 Maret 2015.

Pada 8 April 2015 siswa yang membuat situs palsu itu diberi peringatan oleh Jaksa Agung Singapura, setelah "mempertimbangkan dengan cermat semua faktor yang relevan".

Belum lama ini, isu hoaks Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, meninggal dunia kembali berembus di dunia maya.

Dikutip dari berbagai sumber, sebuah video dari akun TikTok @angelyOkp sempat membagikan video yang memiliki narasi bahwa Megawati meninggal.

Hoaks Megawati Soekarnoputri rupanya sudah sering beredar di media sosial. Terakhir, bulan September 2021, kabar serupa juga banyak tersebar di dunia maya.

Kala itu, sebuah video yang beredar di salah satu akun Facebook menampilkan rekaman suara yang mengklaim bahwa Megawati sudah meninggal dunia. Terdapat juga wawancara politisi PDIP Henry Yosodiningrat.

Namun, penelusuran Cek Fakta Liputan6.com menemukan, ucapan duka cita yang disampaikan Henry Yosodiningrat bukan untuk Megawati, melainkan Nazarudin Kiemas, adik almarhum suami Megawati, Taufik Kiemas.

Terkait hoaks Erdogan meninggal, tiga puluh pengguna media sosial diselidiki karena berpartisipasi dalam tipuan media sosial.

Ke-30 pengguna Twitter telah “mengunggah penghinaan, fitnah dan konten yang menyinggung kehormatan dan reputasi (Erdoğan), serta informasi yang salah dan manipulasi”, dan terdeteksi selama “patroli virtual sepanjang waktu," menurut direktorat terkait.