Sukses

Lockdown Ketat Karena COVID-19 Selama 2 Tahun, Korut Terpantau Mulai Buka Perbatasan

Pembukaan kembali sementara Korea Utara ini terlihat dari dimulainya kembali lalu lintas kereta barang Korea Utara ke negara tetangganya, China.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara akhirnya membuka perbatasan-perbatasannya secara perlahan. Ini terjadi setelah negara yang dipimpin Kim Jong-un itu dua tahun dalam lockdown ketat karena pandemi COVID-19.

Mengutip VOA Indonesia, Kamis (27/1/2022), disebutkan bahwa alasan pembukaan tersebut kemungkinan mencerminkan tumbuhnya rasa pengakuan oleh para pemimpin negara itu bahwa rakyat mereka sangat membutuhkan bantuan ekonomi dari luar negeri.

Pembukaan kembali sementara Korea Utara ini terlihat dari dimulainya kembali lalu lintas kereta barang Korea Utara ke negara tetangganya, China.

Menurut situs web 38 North yang berfokus pada Korea Utara, gambar-gambar satelit komersial menunjukkan bahwa kereta barang Korea Utara pertama yang melintasi Sungai Yalu pekan lalu telah kembali dari China dan menurunkan muatan di lapangan terbang di kota perbatasan Uiju. Lapangan terbang itu diyakini telah diubah sebagai tempat untuk mendisinfeksi pasokan impor, yang mungkin termasuk makanan dan obat-obatan.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan perdagangan antara kota-kota perbatasan akan dipertahankan sementara kontrol pandemi tetap berlaku. Namun pejabat Korea Selatan mengatakan tidak segera jelas apakah Korea Utara akan sepenuhnya membuka kembali perdagangan darat dengan China, yang merupakan jalur kehidupan ekonomi utamanya.

Beberapa media Korea Selatan berspekulasi bahwa Korea Utara mungkin untuk sementara membuka kembali jalur kereta api antara Sinuiju dan Dandong China hanya untuk menerima makanan dan barang-barang penting yang dimaksudkan sebagai hadiah bagi rakyatnya selama musim liburan penting, termasuk peringatan 80 tahun kelahiran ayah pemimpin Kim Jong-un bulan depan, dan peringatan kelahiran ke-110 kakeknya pada April.

Pembukaan dan Uji Coba Rudal

Pembukaan tersebut berlangsung sementara Pyongyang melakukan beberapa uji coba senjata, yang terbaru adalah peluncuran dua rudal balistik pada hari Kamis 27 Januari dan mengeluarkan ancaman terselubung tentang melanjutkan uji coba bom nuklir dan rudal jarak jauh yang menarget daratan Amerika.

Singkat kata, Korea Utara membuka perbatasan, sedikit, di satu sisi, sementara juga secara militer menekan Washington atas pembekuan berkepanjangan dalam negosiasi nuklir.

Pesan yang tampaknya mendua ini kemungkinan menandakan kesadaran bahwa pandemi telah memperburuk ekonomi yang telah rusak akibat salah urus selama beberapa dekade ini dan sanksi-sanksi pimpinan AS atas program senjata nuklir dan rudal Korea Utara.

Menurut perkiraan Korea Selatan, perdagangan penting Korea Utara dengan sekutunya China menyusut sekitar 80 persen pada 2020 sebelum jatuh lagi sekitar dua pertiganya dalam sembilan bulan pertama 2021 karena penutupan perbatasan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Medan Perang Terakhir Lawan COVID-19?

Pembukaan kembali sebagian perbatasan juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Korea Utara berencana menerima vaksin dan mendistribusikannya ke rakyatnya setelah penundaan selama setahun dalam program imunisasinya.

“Korea Utara bisa menjadi medan perang terakhir di planet ini dalam perang melawan COVID-19. Bahkan negara-negara termiskin di Afrika telah menerima bantuan dan vaksin dari luar atau memperoleh kekebalan melalui infeksi, tetapi Korea Utara adalah satu-satunya negara di dunia tanpa rencana nyata,'" kata Lim Soo-ho, seorang analis dari Institut Strategi Keamanan Nasional Seoul, sebuah lembaga think tank yang dijalankan oleh dinas intelijen utama Korea Selatan.

3 dari 3 halaman

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan COVID-19 Varian Omicron