Liputan6.com, Jakarta - Tiap tatapan mata manusia punya arti. Sulit untuk dipahami, terkadang hanya diri sendiri yang mengetahui arti dari tatapan tersebut.
Terkadang, kita kerap terperangkap dalam satu tatapan seseorang yang bisa kita kenal atau tidak. Tatapan mata ini tentu bisa menimbulkan sejumlah reaksi.
Advertisement
Baca Juga
Mulai dari tersenyum sembari menatap, malu-malu atau yang terburuk adalah membuang muka dan tidak lagi ingin menapat ke titik itu.
Psikolog Italia Giovanni Caputo melakukan penelitian di University of Urbino untuk mengetahui apa yang terjadi di otak manusia ketika dua orang saling menatap mata satu sama lain untuk jangka waktu yang lama, demikian dikutip dari laman Brightside, Senin (7/2/2022).
Dia dan timnya merekrut 40 orang dewasa yang sehat dan membaginya menjadi dua kelompok. 20 dipasangkan dengan subjek lain dan dibawa ke ruangan dengan cahaya redup.
Mereka kemudian diminta untuk menatap tanpa emosi ke mata satu sama lain selama sekitar 10 menit. 20 peserta lainnya diminta untuk memfokuskan mata mereka pada dinding kosong. Tak satu pun dari subjek diberi tahu apa yang dilakukan penyidik.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penilaian Setelah Melakukan Tatap Mata Selama 10 Menit
Setelah sesi menatap, setiap peserta mengisi kuesioner untuk melaporkan apa yang mereka lalui.
Ternyata orang-orang yang menatap mata orang lain untuk waktu yang lama mengalami gejala disosiasi, seperti sensasi lepas dari tubuh mereka, terputusnya hubungan dengan kenyataan, perubahan dalam persepsi suara dan warna.
Yang lebih menarik adalah mereka mengalami halusinasi. 90 persen dari peserta melaporkan melihat pergeseran wajah orang lain atau mendistorsi dua hingga empat kali selama rentang 10 menit.
Beberapa melihatnya berubah menjadi monster atau wajah binatang. Beberapa melihatnya berubah ke wajah teman atau anggota keluarga, dan bahkan ke wajah mereka sendiri.
Â
Advertisement
Mengapa Ini Bisa Terjadi?
Caputo tidak memiliki jawaban yang pasti tentang mengapa halusinasi terjadi, tetapi menilai itu terjadi karena kekurangan sensorik, jeda dalam menggunakan indera kita yang lain.
Temuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa ketika kita menatap sebuah objek untuk jangka waktu yang lama, kita cenderung mengalami rasa keterputusan dari kenyataan.
Pertanyaannya adalah, apakah Anda akan mengalami hal yang sama setelah membaca ini dan mengetahui apa yang mungkin terjadi pada Anda?
Anda hanya bisa tahu setelah Anda mencobanya. Apakah Anda bersedia?
Infografis Gejala Covid-19 Omicron dan Cara Penanganan
Advertisement