Sukses

8 Februari 2019: Tim PBB Nyatakan Pejabat Arab Saudi Dalang Pembunuhan Jamal Khashoggi

Jamal Khashoggi, seorang pengkritik penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Muhammed bin Salman, dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul.

Liputan6.com, Ankara - Tim yang dibentuk PBB dalam upaya penyelidikan kasus pembunuhan Jamal Khashoggi menyatakan bahwa pejabat Arab Saudi menjadi dalang kematian dari jurnalis tersebut. Kesimpulan ini didapat dari hasil lawatan Agnes Callamard, pimpinan tim bentukan PBB tersebut saat melakukan lawatan ke Turki, yang dirilis pada 8 Februari 2019.

Dikutip dari laman presstv.com, Selasa (8/2/2022), Callamard menyebut ada bukti yang telah ia kumpulkan selama memimpin penyelidikan di Turki.

"Pembunuhan itu dilakukan secara brutal dan terencana," ujar Callamard.

Callamard juga menyebut, dalam upaya penyelidikan yang dilakukan oleh timnya banyak menghadapi hambatan. Terutama intelijen Turki yang dilarang untuk menyelidiki lokasi terduga pembunuhan Jamal Khashoggi di Konsulat Arab Saudi yang ada di Istanbul.

Callamard mencatat bahwa mereka memiliki "rekaman suara mengerikan" saat Jamal Khashoggi dibunuh. Rekaman suara tersebut didapatkan tim PBB dari intelijen Turki.

Meski demikian, Arab Saudi terus bersikeras bahwa tidak terlibat sama sekali atas kematian jurnalis tersebut.

Jamal Khashoggi, seorang pengkritik penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Muhammed bin Salman, dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul ketika dia pergi ke sana untuk mengambil dokumen untuk pernikahannya dengan sang tunangan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Penyelidikan CIA

Pada November 2018, Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) menarik kesimpulan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman merupakan dalang di balik kematian jurnalis, Jamal Khashoggi.

Dikutip dari laman The Washington Post, CIA meyakini jika perintah pembunuhan berasal dari MBS, meski pihak Arab Saudi mengklaim bahwa pihaknya tidak pernah terlibat dalam kematian Khashoggi.

Keyakinan CIA menarik kesimpulan tersebut berdasarkan sejumlah bukti. Di mana, ada agen intelijen Arab Saudi yang beranggotakan 15 orang datang ke Istanbul, Turki pada hari yang sama dengan kematian Jamal Khashoggi.

Jurnalis yang dikenal vokal dalam menyampaikan pendapat itu kemudian diduga dibunuh di konsulat Arab Saudi di Turki saat dirinya hendak mengurus dokumen penikahan.

Tak hanya itu, kesimpulan tersebut didapat oleh CIA setelah menggali berbagai sumber, termasuk sambungan telepon antara Jamal Khashoggi dengan saudara kandung MBS yang juga menjabat sebagai Dubes Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Khalid bin Salman.

Lewat sambungan telepon itu, Khalid bin Salman memerintahkan Khashoggi untuk terbang ke konsulat Saudi di Turki guna mengambil sejumlah dokumen yang dibutuhkan.

Dalam percakapan itu pula, duta besar pihaknya menjamin keamanan Khashoggi saat tiba di konsulat yang ada di Turki.

Tidak jelas apakah Khalid tahu bahwa Jamal Khashoggi akan dibunuh. Namun yang jelas, ia menelepon Khashoggi atas perintah sang Putra Mahkota.

Rangkaian bukti ini meyakinkan CIA untuk menarik kesimpulan bahwa Mohammed bin Salman merupakan dalang dan memegang peran penting dalam kematian Jamal Khashoggi.

Seorang sumber mengatakan kepada The Washington Post: "Tak mungkin hal ini terjadi tanpa sepengetahuan atau keterlibatan dari dirinya (Putra Mahkota)."

Seorang pejabat CIA mengatkan bahwa MBS sebenarnya adalah 'teknokrat yang baik", meski begitu ia juga menganggap jika Putra Mahkota juga orang yang arogan dan mudah berubah sikap.

3 dari 3 halaman

Infografis Misteri Kematian Jamal Khashoggi