Liputan6.com, Udupi - Sejumlah sekolah di negara bagian Karnataka di India melarang para siswi memakai hijab di dalam kelas. Kasus itu menjadi sorotan di India dan para siswi berdemo di depan sekolah.
Dilaporkan ABC News, Selasa (8/2/2022), protes yang terjadi tak membuat staf sekolah tergerak terhadap aksi para murid yang protes di gerbang sekolah yang berlokasi di distrik Udupi. Sekolah itu merupakan milik pemerintah.
Advertisement
Baca Juga
Pihak sekolah menyebut para siswi melanggar aturan seragam sekolah. Ternyata, banyak sekolah yang ikutan aksi melarang hijab.Â
Ratusan siswi dan orang tua lantas berdemo di jalan karena tidak terima anak-anak perempuan mereka tidak boleh masuk kelas.
"Kita menyaksikan bentuk dari aparteid religi. Dekrit itu diskriminatif dan secara luas berdampak ke wanita-wanita Muslim secara tak proporsional," ujar A.H. Almas, seorang siswi berusia 18 tahun.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Diskusi Gagal
Para staf, perwakilan pemerintah, dan murid-murid telah melakukan pertemuan, tetapi belum ada solusi.
Menteri pendidikan di negara bagian tersebut bahkan ogah mencabut larangan. Menurutnya, para siswi itu harus taat mengikuti aturan seragam.
Pemakaian hijab sebetulnya bukan hal langka di India. Kasus ini lantas membuat aktivis merasa khawatir terkait kenaikan Islamofobia.
Selama pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi, kekerasan dan ujaran kebencian terhadap kelompok Muslim dilaporkan naik di India. Partai Modi berhaluan nasional religius Hindu. Negara bagian yang menuai kontroversi itu juga dipegang oleh partai Modi.
Seorang aktivis murid dari New Delhi, Afreen Fatima, berkat diskriminasi yang terjadi di Karnataka adalah upaya agar wanita Muslim tidak terlihat.
"Apa yang kita saksikan adalah upaya untuk membuat wanita Muslim tidak terlhat dan didorong keluar dari ruang publik," ujarnya.
Advertisement
Dipisahkan
Akibat peristiwa ini, ada juga gerakan tagar #HijabIsOurRight di media sosial. Namun, beberapa murid Hindu melakukan demo tandingan dengan memakai selendang berwarna safron yang merupakan simbol kelompok Hindu nasionalis.
Salah satu sekolah ada yang mengizinkan para siswi-siswi Muslim untuk kembali sekolah. Namun, syaratnya mereka dipisahkan.
Para siswi itu harus duduk di ruang kelas terpisah. Hal itu pun kembali menuai protes adanya segregasi.
"Ini memalukan," ujar Halmas. "Sampai kapan kita akan menerima bahwa warga bisa distigmatisasi karena agama?"
Pengadilan tinggi setempat kini sedang mengurus petisi terkait kasus ini untuk memutuskan apakah aturan pelarangan ini harus dicabut atau tidak.