Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno L.P. Marsudi mengatakan bahwa presidensi G20 Indonesia memerlukan masukan dan ide dari think tanks dan lembaga penelitian. Hal tersebut agar kerja G20 membawa manfaat nyata bagi dunia, khususnya negara berkembang.
"Sebagai lembaga independen, think tanks harus dapat menghasilkan solusi yang berani dan inovatif bagi berbagai tantangan global," demikian disampaikan Menlu Retno dalam sambutannya di Think-20 (T20) Inception Meeting pada 9 Februari 2022 seperti dikutip dari situs Kemlu.go.id.
T20 adalah forum kerjasama lembaga-lembaga think tanks dan penelitian dari seluruh negara anggota G20.
Advertisement
Think tank dan komunitas peneliti memiliki peran penting bagi pemulihan global dengan melahirkan gagasan konkret dan rekomendasi kebijakan yang tepat sasaran bagi para pemimpin G20.
T20 Inception Meeting merupakan pertemuan pertama dari rangkaian kegiatan T20 di bawah Presidensi G20 Indonesia. Pertemuan awal ini dihadiri oleh Menkes RI, Managing Director Bank Dunia Mari Pangestu, Profesor Jeffrey Sachs dari Columbia University, serta Profesor Bambang Brodjonegoro selaku Co-Chair T20.
Nantinya puncak pertemuan adalah T20 Summit pada bulan September di Yogyakarta.Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kontribusi T20 pada 3 Sektor Prioritas Presidensi G20 Indonesia
Secara khusus, Menlu Retno mengundang kontribusi T20 pada 3 sektor prioritas Presidensi G20 Indonesia, yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.
Dalam sektor kesehatan, kesenjangan ketersediaan vaksinasi dunia harus diatasi.
"Kita juga harus melihat jauh, melewati masa pandemi, bagaimana mempersiapkan dunia untuk krisis serupa di masa depan," ungkap Menlu RI. Beberapa cara yang dapat diupayakan T20, antara lain, peningkatan kapasitas kesehatan lokal hingga solusi inovatif bagi rantai pasok distribusi obat-obatan.
Dalam sektor transformasi digital, diharapkan adanya rekomendasi kebijakan untuk dorong kesetaraan akses digital dan buka peluang investasi di negara berkembang. Sementara itu, transisi energi membutuhkan inovasi dari para peneliti untuk meningkatkan akses pada teknologi bersih, energi terbarukan serta innovative financing.
"Transisi energi adalah kunci menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan", demikian ditegaskan Menlu Retno.
Advertisement