Liputan6.com, Tokyo - Penundaan pemerintah Jepang dalam meluncurkan suntikan booster COVID-19 menyebabkan lebih kasus yang dilaporkan dari negara kaya lain.
Varian Omicron di Jepang juga membawa lonjakan kematian tinggi, menurut laporan para ahli, demikian dikutip dari laman CNA, Rabu (16/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Masalah ini bisa berarti masalah politik bagi Perdana Menteri Fumio Kishida karena hampir 30 persen populasi di negara tersebut berusia 65 tahun atau lebih.
Sehingga, dengan angka tersebut banyak warga berisiko lebih besar terkena Virus Corona COVID-19 tanpa perlindungan suntikan booster.
Pendahulu PM Kishida juga pernah mengundurkan diri setelah kritik luas atas penanganan pandemi COVID-19 yang tidak terlalu baik tersebut.
Pada Selasa (15/2) Jepang melaporkan 236 kematian baru, angka satu hari terburuk dari kasus COVID-19.
Meskipun Jepang relatif lambat untuk meluncurkan kampanye vaksinasi COVID-19 awal, namun langkahnya terhitung cepat dan pada November 2021 memiliki tingkat vaksinasi tertinggi di negara-negara G7.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Desakan dari Sejumlah Pihak
Hidekiyo Tachiya, wali kota Kota Soma di Jepang utara bertemu dengan PM Kishida pada Oktober 2021 untuk mendesak dimulainya lebih awal untuk booster vaksi COVID-19.
Tapi tidak ada perkembangan yang diberikan pemerintah Jepang sampai Desember 2021, dan kemudian program suntikan booster hanya terbatas pada dokter dan petugas kesehatan.
Pihak berwenang di Tokyo juga telah mendorong program booster yang lebih cepat tetapi tidak berhasil.
"Kami meminta suntikan booster secepat mungkin tetapi pemerintah tidak setuju," kata Gubernur Tokyo Yuriko Koike kepada wartawan baru-baru ini.
Advertisement