, Kiev - Hampir setiap hari, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Resnikov memposting gambar-gambar baru di akun Twitter-nya, yang menunjukkan pesawat-pesawat angkut besar yang dijejali dengan peti-peti yang besar. Isinya adalah senjata dan amunisi yang dikirim terutama dari Amerika Serikat dan Inggris ke Ukraina.
Senjata-senjata itu terutama untuk memperkuat sistem pertahanan Ukraina untuk menangkis serangan pasukan Rusia, yang sejak berhari-hari menumpuk di perbatasan dengan persenjataan mutakhir.
Advertisement
Baca Juga
Menurut pemerintah Ukraina, negara-negara Barat sudah memberikan bantuan peralatan militer senilai 1,5 miliar dolar. Sebagai bagian dari latihan militer "Blizzard 2022" yang baru saja dimulai, banyak tentara Ukraina yang berlatih langsung di lapangan dengan senjata anti-tank mutakhir yang baru saja diterima.
Setelah diluncurkan dari bahu, sistem "api dan lupakan" tidak memerlukan panduan lebih lanjut. Ukurannya yang kecil dan bobotnya yang ringan membuat senjata ini sangat mobile, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Kamis (16/2/2022).
Javelin dan NLAW, rudal anti tank dari AS dan InggrisBeberapa pesawat yang disambut sendiri oleh Menteri Pertahanan Oleksiy Resnikov mengangkut rudal jenis Javelin dan NLAW. Sejak 2019, AS telah memberi Ukraina sistem peluncur dan rudal Javelin. Informasi tentang jumlah pastinya bervariasi, tetapi ratusan rudal kemungkinan telah dikirim ke Ukraina sejak akhir 2021. Pemerintah AS juga telah memberikan izin kepada negara-negara Baltik untuk mentransfer rudal Javelin dari persediaan mereka ke Ukraina.
Javelin dianggap sebagai senjata anti tank paling canggih di dunia, karena dapat menyerang target seperti kendaraan lapis baja atau bunker dari jarak lebih dari 2.000 meter. Javelin juga dapat menghancurkan tank berat dengan serangan atas ke atapnya, di mana perlindungan lapis baja paling sedikit.
Juga rudal Inggris NLAW berfungsi serupa, hanya daya jangkaunya lebih pendek. London baru-baru ini mengirim sekitar 2.000 rudal NLAW ke Ukraina.
"Sistem inilah yang paling kami butuhkan,” kata Mykola Bielieskov dari Institut Nasional untuk Studi Strategis di Kiev, sebuah lembaga yang memberi nasihat kepada Presiden Ukraina tentang masalah keamanan. "Peralatan ini sangat mudah untuk diintegrasikan ke dalam persenjataan tentara kami dan tentara dapat belajar cara menembakkannya dengan sangat cepat,” kata Bielieskov kepada DW.
"Jika terjadi serangan Rusia, senjata-senjata ini akan sangat efektif. Itulah mengapa kami membutuhkan lebih banyak dari mereka."
Stinger dan GROM
Selain itu, persenjataan yang dibutuhkan adalah rudal anti pesawat yang bisa digunakan oleh satu orang, yang dikenal sebagai Sistem Pertahanan Udara Portabel Man atau MANPADS. Rudal Stinger buatan AS akan dikirim ke Ukraina dari Lithuania dalam beberapa hari mendatang, kata Perdana Menteri Lithuania Ingrida Simonyte hari Kamis (10/02) lalu.
Polandia juga memasok Kiev dengan GROM, senjata berpemandu panas serupa Stinger yang dapat menyerang pesawat dari jarak hingga tiga kilometer. Karena tentara Ukraina sendiri sudah memiliki senjata serupa, mereka dengan mudah bisa mengoperasikan GROM dan Stinger.
"MANPADS ini sangat berguna karena membuat serangan udara Rusia menjadi kurang efektif,” kata analis pertahanan Mykola Bielieskov. "Jika Anda mengerahkan mereka dalam jumlah besar, Anda tentu tidak akan menembak jatuh setiap jet dan helikopter Rusia. Namun, Rusia harus membayar harga yang mahal untuk sebuah serangan.”
Selain itu, Ukraina telah membeli setidaknya 20 drone Bayraktar TB2 dari Turki dalam beberapa tahun terakhir. Pesawat tak berawak itu dapat dilengkapi dengan rudal buatan Ukraina. Ukraina juga telah memperoleh lisensi dari Turki, yang juga anggota NATO, untuk memproduksi drone Bayraktar.
Drone Bayraktar dari Turki dapat digunakan untuk pengintaian dan dapat dilengkapi dengan bom dan rudal berpemandu laser. Akhir Oktober 2021, Angkatan Darat Ukraina telah menggunakan Bayraktar untuk menghancurkan artileri kelompok separatis pro-Rusia di timur negara itu.
Namun, dalam hal jumlah dan persenjataan, militer Rusia jelas jauh lebih unggul dari Ukraina. Itu terutama berlaku bagi angkatan udaranya. "Jika terjadi serangan, Rusia dapat mencapai superioritas udara dalam dua sampai tiga hari,” kata Gustav Gressel, pakar kebijakan keamanan di Komite Eropa untuk Hubungan Luar Negeri yang bermarkas di Berlin.
Rusia tidak hanya memiliki jauh lebih banyak jet tempur, tetapi militernya juga mampu memantau radio, radar pesawat, dan pertahanan udara Ukraina, karena teknologi yang digunakan Ukraina sebagian besar buatan Uni Soviet. Selain itu, kata Gressel, pilot Ukraina memiliki jam terbang yang jauh lebih sedikit daripada pilot Rusia.
Advertisement