Sukses

Pesawat Ulang-Alik Columbia Meledak, Tujuh Tewas

Pesawat luar angkasa tertua milik NASA itu meledak saat berada pada ketinggian 60 ribu kaki dari bumi. Warga diminta menjauhi reruntuhan pesawat karena diperkirakan mengandung racun berbahaya.

Liputan6.com, Texas: Pesawat Ulang-Alik Columbia milik Amerika Serikat meledak di udara saat akan mendarat di Pusat Stasiun Angkasa Luar Kennedy, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (1/2) pagi waktu setempat. Tujuh astronot awak pesawat Columbia dipastikan tewas. Pejabat Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA) menyebutkan, kecelakaan itu terjadi saat pesawat buatan 1981 itu berada pada ketinggian 60 ribu kaki dari bumi dengan kecepatan 20 ribu kilometer/jam. Sebelum meledak, pesawat ini baru saja menuntaskan misinya yang ke-28, setelah lepas landas pada 16 Januari 2003.

Dalam rekaman gambar layar monitor NASA terlihat adanya jejak asap putih dari pecahan badan pesawat. Namun, pihak NASA belum bisa memastikan penyebab kecelakaan tersebut. Hanya saja, diperkirakan pesawat telah hancur saat memasuki atmosfer bumi. Menyusul insiden ini, warga yang tinggal di sekitar Dallas dan Fort Worth diimbau tidak mendekati reruntuhan pesawat. Sebab, diperkirakan mengandung racun berbahaya.

Seorang saksi mata di Dallas, Texas, menyebutkan mendengar suara ledakan keras sekitar pukul 08.00 pagi waktu setempat. Sementara NASA menyatakan bahwa pesawat itu hilang dari layar monitor sekitar pukul 09:15 waktu Florida atau jam 21.15 WIB. Columbia yang sebelumnya dinamai the Boston itu adalah pesawat ulang-alik tertua milik NASA. Columbia menjadi pesawat ulang alik pertama Amerika yang bersayap, selain Discovery, Atlantis, Endeavour, dan Challenger--yang juga mengalami kecelakaan. Columbia pertama kali melakukan uji coba peluncuran pada 12 April 1981. Setelah itu, pesawat angkasa luar itu pernah menjalani 100 kali lebih modifikasi di pabrik pesawat Rockwell International`s Palmdale, California. Perbaikan yang menelan biaya $70 juta itu menjadikan Columbia bisa lebih lama mengorbit di angkasa luar.

Insiden ini tentunya mengundang banyak pendapat sejumlah kalangan, di antaranya dari koresponden ilmu pengetahuan dan pesawat www.time.com Jeffrey Kluger. Menurut dia, kecelakaan diakibatkan oleh retakan pada struktur aerodinamis pesawat akibat putaran pesawat pada sudut yang tak tepat. Kluger berpendapat, saat masuk ke dalam atmosfer, pesawat melaju tanpa bantuan mesin dan kehilangan ketinggian, sehingga sulit diatasi dengan hanya mengandalkan sirip pengatur pada sayap.

Kemungkinan kedua, kecelakaan dapat juga diakibatkan oleh terkelupasnya lapisan antipanas yang mengakibatkan terbakarnya badan pesawat saat memasuki atmosfer bumi. Namun, peluang terkelupasnya lapisan antipanas dalam jumlah besar sangat kecil terjadi. Dugaan penyebab lain adalah kegagalan mesin yang terkait dengan sistem pemantik bahan bakar. Kendati tangki utama sudah kosong, pesawat masih membawa bahan bakar pada tangki pengendali manuver terbang. Namun, bahan bakar itu tidak mungkin menimbulkan ledakan hingga mampu merobek badan pesawat.

Kecelakaan pesawat Ulang-Alik Columbia tentu membawa duka bagi Negeri Paman Sam. Presiden AS George Walker Bush langsung mempersingkat kunjungannya di Camp David, Maryland, dan segera kembali ke Gedung Putih di Washington D.C. Dalam pidatonya beberapa jam kemudian, Bush mengungkapkan rasa belasungkawanya atas ketujuh astronot yang tewas.

Wajah duka juga menyelimuti warga India dan Israel. Sebab, dari tujuh astronot yang tewas, seorang di antaranya adalah warga AS keturunan India dan seorang warga Israel. Suasana duka sangat terasa di keluarga astronot perempuan kelahiran India, Kalpana Chalwa. Doa khusus langsung digelar di rumah keluarga Chalwa, sesaat setelah berita jatuhnya pesawat Columbia tersiar.

Doktor teknik pesawat angkasa luar dari Universitas Colorado itu menjadi kebanggaan India saat mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai perempuan keturunan India-Amerika pertama yang terbang ke luar angkasa, 19 November 1997. Saat itu, Chalwa berangkat bersama lima astronot lainnya dengan pesawat Columbia STS-87 dan berhasil kembali dengan selamat. Astronot muda ini memiliki jam terbang di angkasa luar sebanyak 376 jam 34 menit.

Di Omer, Israel, raut sedih terlihat di wajah Eliezer Wolferman, ayah astronot pertama Israel, Ilham Ramon. Sambil memegang foto dirinya saat bersama Ramon, Wolferman mengatakan, ingin segera mendengar kabar dari Orna, istri Ramon mengenai nasib putranya. Sebelum bergabung dengan NASA, Ramon adalah pilot pesawat tempur Angkatan Udara Israel. Sejak dinyatakan memenuhi syarat astronot, Ramon memboyong istri dan empat anaknya ke AS.

Misi luar angkasa Columbia ke-28 itu dipimpin astronot Rick D. Husband (45). Ini adalah untuk kedua kalinya buat lelaki kelahiran 45 tahun itu ke angkasa luar. Sebelumnya, Kolonel AU AS itu pernah meluncur ke angkasa luar juga dengan Columbia pada 1999, sebagai tenaga mekanik. Pada misi kali ini, Rick didampingi Michael P. Anderson. Letnan Kolonel AU AS ini berpengalaman saat mengikuti misi ke Stasiun Luar Angkasa Rusia, Mir pada 1998.

Misi Columbia ke-28 ini dikemudikan astronot William C. McCool (40). Ini adalah misi luar angkasa pertama bagi bekas penguji pilot Angkatan Darat AS berumur 40 tahun itu. Kehandalan lulusan Naval Academy AS dalam membawa pesawat ini banyak teruji pada beberapa kali uji peluncuran. Astronot lain yang tewas adalah David M. Brown (46) dan Laurel Clark (41). Mereka sama-sama pakar penerbangan di Angkatan Laut AS dan baru pertama kali mengikuti misi angkasa luar.

Musibah pecah dan terbakarnya pesawat Ulang-Alik Columbia mengingatkan warga AS dan dunia pada Tragedi Challenger 16 tahun silam. Pesawat angkasa luar itu meledak 73 detik setelah lepas landas akibat bocornya tangki bahan bakar roket sebelah kanan pesawat. Seperti halnya Columbia, tragedi yang menimpa Challenger juga tidak diduga oleh kru maupun teknisi NASA. Saat itu, Challenger membawa tujuh awak yang siap menjalankan penelitian ilmiah.

Awalnya, acara peluncuran pada 28 Januari 1986 itu berjalan mulus dan pesawat meluncur tepat waktu. Namun, kegembiraan ini hanya berlangsung selama 73 detik, sebelum pesawat meledak. Seluruh awak Challenger terlempar bersama modul atau kabin awak pesawat dan jatuh dari ketinggian 7.000 meter ke laut. Mereka tak dapat menyelamatkan diri karena modul awak pesawat itu tidak dilengkapi dengan kursi lontar dan parasut. Menyusul insiden ini, NASA menghentikan program penerbangan luar angkasa selama dua tahun yakni hingga 1988.(DEN/Idr)
    Video Terkini