Liputan6.com, Hong Kong - Pemimpin Hong Kong Carrie Lam, Jumat (18/2), mengatakan lebih dari 20.000 kamar hotel di wilayahnya digunakan untuk karantina.
Para pengembang properti Hong Kong berkumpul untuk mendukung upaya kota pusat keuangan global itu untuk menahan lonjakan kasus COVID-19, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (20/2/2022).
Baca Juga
Lam mengatakan 21 hotel telah menyatakan minatnya untuk mengubah fasilitas mereka menjadi tempat isolasi di mana jumlah kamar yang dibutuhkan melebihi target awal pemerintah, yaitu 7.000 hingga 10.000 kamar.
Advertisement
Fasilitas karantina di Hong Kong telah mencapai kapasitas penuh dan tempat tidur rumah sakit lebih dari 90 persen terisi karena kasus melonjak.
Beberapa pasien, termasuk lansia, dibiarkan berbaring di tempat tidur di luar ruangan di tengah terpaan cuaca dingin dan terkadang hujan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670
Hotel dan Penginapan Bersiap Jadi Tempat Karantina
Sun Hung Kai Properties (SHKP) mengatakan pada Kamis (17/2) malam bahwa pihaknya dapat menyediakan 1.000 kamar di dua hotel untuk fasilitas isolasi. Mereka akan menyiarkan video promosi pemerintah tentang paspor vaksin di mal-mal utamanya.
New World Development mengatakan pihaknya berencana untuk menyediakan sekitar 700 kamar, sementara Henderson Land Development mengatakan, keluarga pendiri Lee akan menyumbangkan HK$10 juta ($1,3 juta) untuk mengirim keperluan anti-epidemi ke panti jompo.
Langkah itu dilakukan ketika pihak berwenang Hong Kong melaporkan kasus-kasus baru telah berlipat 60 kali pada bulan ini. Presiden China Xi Jinping mengatakan "misi utama" kota itu adalah untuk menstabilkan dan mengendalikan wabah.
"Instruksi penting Presiden Xi Jinping untuk mendukung perjuangan Hong Kong melawan epidemi, dan mobilisasi departemen pusat terkait untuk membantu Hong Kong, telah memberikan dorongan kepercayaan kepada semua orang Hong Kong," kata Ketua SHKP Raymond Kwok dalam sebuah pernyataan pada Kamis (17/2) malam.
Reuters melaporkan pada bulan September bahwa Beijing telah memberikan mandat baru kepada taipan properti berkuasa di pusat keuangan global itu, memberitahu mereka untuk mencurahkan sumber daya dan pengaruh untuk mendukung kepentingan Beijing.
Advertisement