Liputan6.com, Jakarta - Salah satu penyebab konflik antara Rusia dan Ukraina adalah bahwa Rusia tidak setuju ketika Ukraina ingin bergabung dengan NATO. Jika ditarik ke belakang, baik Ukraina maupun Rusia sebenarnya memiliki keterkaitan yang erat.
Keduanya merupakan negara bekas Uni Soviet, sehingga memiliki ikatan sosial dan budaya yang kuat. Namun, hubungan keduanya tak lagi harmonis sejak 2014 dan bahkan Rusia menjuluki Ukraina sebagai boneka Barat.Â
Baca Juga
Rusia secara keras menolak Ukraina bergabung dengan institusi Eropa, baik Uni Eropa dan NATO. Lalu, apa itu NATO?
Advertisement
Dilansir BBC, Jumat (25/2/2022), NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara adalah aliansi militer yang dibentuk pada 1949 oleh 12 negara, termasuk AS, Kanada, Inggris, dan Prancis.
Negara anggota setuju untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata terhadap salah satu negara anggota. Tujuan awalnya untuk melawan ancaman ekspansi Rusia pascaperang di Eropa.
Pada 1955 Soviet Rusia menanggapi NATO dengan menciptakan aliansi militernya sendiri dari negara-negara komunis Eropa timur, yang disebut Pakta Warsawa.
Menyusul runtuhnya Uni Soviet pada 1991, sejumlah negara bekas Pakta Warsawa beralih pihak dan menjadi anggota NATO. Aliansi ini sekarang memiliki 30 anggota.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masalah Rusia dengan NATO dan Ukraina
Ukraina adalah bekas republik Soviet yang berbatasan dengan Rusia dan Uni Eropa.
Negara ini memiliki populasi besar etnis Rusia dan ikatan sosial dan budaya yang dekat dengan Rusia.Â
Secara strategis, Kremlin melihatnya sebagai halaman belakang Rusia, dan presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengatakan bahwa Ukraina benar-benar bagian dari Rusia.
Namun, Ukraina telah melihat lebih ke Barat dalam beberapa tahun terakhir.Â
Tujuannya untuk bergabung dengan UE dan NATO tertulis dalam konstitusinya.Â
Ukraina saat ini merupakan "negara mitra" NATO. Ini berarti ada pemahaman bahwa Ukraina mungkin diizinkan untuk bergabung dengan aliansi di masa depan.
Rusia menginginkan jaminan dari kekuatan Barat bahwa ini tidak akan pernah terjadi.
Namun, AS dan sekutunya menolak untuk melarang Ukraina dari NATO, mengatakan bahwa sebagai negara berdaulat harus bebas untuk memutuskan aliansi keamanannya sendiri.Â
Advertisement
Kekhawatiran Rusia
Presiden Putin mengklaim kekuatan Barat menggunakan aliansi itu untuk mengganggu Rusia, dan dia ingin NATO menghentikan kegiatan militernya di Eropa timur.
Dia telah lama berargumen bahwa AS melanggar jaminan yang dibuat pada tahun 1990 bahwa NATO tidak akan memperluas ke timur. AS mengatakan tidak membuat janji seperti itu.
NATO mengatakan hanya sejumlah kecil negara anggotanya yang berbatasan dengan Rusia, dan itu adalah aliansi pertahanan.
Â
Apa yang Dilakukan NATO Saat Ini?
Amerika Serikat telah mengirim hampir 3.000 tentara tambahan ke Polandia dan Rumania untuk memperkuat perbatasan timur NATO, dan menempatkan 8.500 tentara siap tempur lainnya dalam keadaan siaga (tidak ada rencana untuk mengerahkan pasukan di Ukraina sendiri).
AS juga telah mengirim senjata senilai $200 juta termasuk rudal anti-tank Javelin dan rudal anti-pesawat Stinger, dan mengizinkan negara-negara NATO lainnya untuk memasok senjata buatan AS ke Ukraina.
Inggris telah memasok Ukraina dengan 2.000 rudal anti-tank jarak pendek, mengirim 350 tentara lagi ke Polandia dan menggandakan kekuatannya di Estonia dengan tambahan 900 tentara.
NATOÂ telah mengirim lebih banyak jet RAF ke Eropa selatan dan sebuah kapal Angkatan Laut Kerajaan untuk berpatroli di Mediterania timur bersama kapal perang NATO lainnya.
NATO juga telah memerintahkan 1.000 tentara dalam keadaan siap untuk memberikan dukungan jika terjadi krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Denmark, Spanyol, Prancis, dan Belanda, juga telah mengirim jet tempur dan kapal perang ke Eropa timur dan Mediterania timur.
Advertisement