Liputan6.com, Kiev - Dalam sebuah pernyataan video yang dirilis pada Kamis 3 Maret 2022 pagi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyiratkan keoptimisannya dalam menilai situasi perang dengan Rusia yang tengah berlangsung. Pada kesempatan tersebut, ia pun sekaligus meminta para warga Ukraina untuk terus melakukan perlawanan.
Dalam pernyataan itu, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (3/4/2022), Zelenskyy mengklaim 9.000 orang Rusia telah tewas selama tujuh hari terakhir sejak invasi berlangsung.
Baca Juga
Presiden Ukraina menyebut anak-anak muda Rusia yang berusia 19 dan 20 tahun sebagai "anak-anak kebingungan yang telah dimanfaatkan" dan menyuruh mereka untuk "pulang" bersama seluruh tentara Rusia.
Advertisement
Pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Rabu 2 Maret, mengklaim telah mengambil penuh kendali atas Kota Kherson, namun Zelenskyy tidak memberi komentar apakah Rusia telah berhasil menguasai beberapa kota di negaranya.
Sebaliknya, ia mengatakan bahwa ia yakin, "jika pasukan Rusia merebut suatu wilayah, maka itu hanya untuk sementara saja."
"Kami akan mengusir mereka. Secara tidak terhormat," ujar Presiden Zelenskyy.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ukraina Lumpuhkan Pasukan Pembunuh yang Targetkan Presiden Volodymyr Zelensky
Sebelumnya, pasukan pembunuh dari Chechnya yang ditugaskan untuk membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah dieliminasi oleh pasukan bersenjata Ukraina. Rencana pembunuhan itu terkuak setelah ada bocoran dari pihak Moskow.
Sekretaris Keamanan Nasional dan Dewan Pertahanan Ukraina, Oleksiy Danilov, berkata grup pembunuh itu terbagi menjadi dua bagian. Danilov menyebut salah satu pembunuhnya berada cukup dekat, tapi ia tidak memberikan detail.
"Satu grup itu ditangani dekat Hostomel, salah satunya ada di jarak pandang kita," ujar Danilov di TV nasional, dikutip The New Voice of Ukraina, Rabu 2 Maret 2022.
Danilov pun menegaskan tidak akan menyerah seraya mengusir Rusia.Â
"Kami tidak akan menyerahkan presiden kami, negara kami, ini negeri kami, enyahlah," ujarnya.
Advertisement